Kemenlu Raih Penghargaan Berkat Jarum Pentul
Dua inovasi pelayanan publik Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berhasil menyabet penghargaan Top 40 pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik se Indonesia yang diadakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Penghargaan tersebut dimenangkan setelah bersaing dengan 2.824 peserta dari berbagai Kementerian/Lembaga Pusat maupun Pemerintah Daerah serta BUMN/BUMD.
Dua inovasi pelayanan publik yang dimenangkan Kemlu tersebut yaitu program MENIKUM (MENIkah Untuk Melindungi) yang dibangun dan dilakukan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu. Dan program JARUM PENTUL (JAdi Relawan museUM itu PENting dan gaUL) yang dibangun dan dilakukan oleh Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung di bawah penanganan Direktorat Diplomasi Publik, pada Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu.
Penyerahanan penghargaan dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, kepada Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, DR. A.M. Fachir, di Jakarta, Rabu 7 November 2018, bersama para penerima penghargaan dari berbagai Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah se Indonesia.
Direktur Diplomasi Publik Kemenlu Azis Nurwahyudi menjelaskan program MENIKUM (MENIKah Untuk Melindungi) yang dibangun dan diterapkan oleh KJRI di Kota Kinabalu merupakan program inovasi pelayanan publik untuk proses pengesahan pernikahan bagi WNI di wilayah kerja KJRI Kota Kinabalu. Yaitu wilayah negara bagian Sabah, Malaysia. Program MENIKUM merupakan implementasi dari NAWACITA untuk menghadirkan peran negara di hadapan seluruh WNI.
Program ini, lanjut Azis, juga selaras dengan kebijakan Menteri Luar Negeri RI untuk memberikan pelindungan Beyond Protection.
Konsul Jenderal RI untuk Kota Kinabalu, Malaysia, Khrisna Djelani, menjelaskan bahwa program tersebut telah dimulai sejak tahun 2011 dan telah dimanfaatkan oleh 2.600 orang.
Menurut Khrisna Djelani, program ini secara nyata telah memberikan perlindungan kepada anak-anak yang lahir dari pernikahan tersebut. Tidak hanya dari segi terpenuhinya hak-hak dasar serta kejelasan status hukum seorang anak, melainkan juga kemudahan untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak dan pengurusan dokumen resmi seperti Akte Kelahiran maupun Paspor.
Sedangkan program JARUM PENTUL (JAdi Relawan museUM itu PENting dan gaUL) dibangun dan dikembangkan oleh Museum KAA di bawah Direktorat Diplomasi Publik, Ditjen IDP Kemenlu. Jarum Pentul merupakan program kerelawanan yang mempromosikan kebiasaan baru bahwa tanggung jawab pengembangan museum tidak melulu oleh museum tetapi juga oleh masyarakat, terutama generasi muda.
Diplomasi publik yang membuka kesempatan berbagai elemen masyarakat untuk turut serta dalam diplomasi telah mengubah partisipasi publik melalui program JARUM PENTUL di Museum KAA. "Program ini menjadi kontribusi aktif terhadap upaya promosi strategi diplomasi publik berbasis nilai-nilai unggul Indonesia," jelas Azis.
Salah satu keberhasilan Jarum Pentul adalah mampu melibatkan lebih dari 700 generasi milenials di Bandung sebagai bagian dari Sahabat Museum KAA (SMKAA). Mereka ini secara aktif berkegiatan di Museum. Para relawan ini banyak membantu menyebarkan nilai-nilai Konferensi Asia Afrika dalam berbagai kegiatan.
Kepala MKAA Bandung Meinarti Fauzi menambahkan, terdapat 13 Klab dan 5 komunitas di SMKAA yang secara rutin menggunakan Museum KAA untuk beraktivitas.
Kedua inovasi dari Kementerian Luar Negeri RI ini memenangkan kategori Top 40 setelah pada September 2018 lalu masuk dalam Kategori Top 99. (Erwan Widyarto)
Advertisement