Kemenkes Tak Bentuk Satgas Hepatitis Akut Misterius, Ini Sebabnya
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum berencana membuat tim khusus atau Satgas penanganan dan pengendalian terhadap penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau hepatitis misterius di Indonesia.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut hepatitis misterius masih menjadi sebuah penyakit yang perlu diwaspadai namun belum menjadi pandemi sehingga belum membutuhkan kehadiran Satgas khusus.
"Tidak ada ya (Satgas), karena ini bukan pandemi ya, tapi kewaspadaan. Seperti kalau DBD meningkat perlu ada Satgas tidak? sehingga jangan dianggap seperti pandemi ya. Kalau dibandingkan dengan kasus DBD yang KLB masih banyak DBD ya dan mereka tidak ada Satgas," kata Nadia dalam keterangan resmi kepada media Jumat 13 Mei 2022.
Hepatitis akut misterius merupakan sebuah penyakit baru yang masih perlu dipelajari dan dianalisis, sehingga levelnya masih dalam bentuk kewaspadaan dengan mitigasi pencegahan dini.
Ia juga menilai masih terlalu dini untuk menilai kemungkinan hepatitis akut misterius menjadi sebuah pandemi baru. Nadia sekaligus mengingatkan status pandemi merupakan kewenangan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan ditetapkan secara global, tidak negara tertentu saja.
"Karena ini penyakit baru ya, oleh karena itu diawasi, agar tidak jadi KLB. Tapi dia tidak berpotensi seperti Covid-19 yang jadi pandemi," kata dia.
Nadia juga menyampaikan hingga saat ini terdapat 18 kasus suspek hepatitis akut di Indonesia. Tujuh anak di antaranya meninggal dunia. Dari ketujuh kasus kematian tersebut empat kasus meninggal ditemukan di DKI Jakarta. Kemudian masing-masing satu kasus di Tulungagung, Jawa Timur; Solok, Sumatera Barat dan Kalimantan Timur.
Baru-baru ini dilaporkan kasus kematian anak berusia tujuh tahun di Medan, Sumatera Utara. Pasien tersebut sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Pasien anak tersebut merupakan satu dari dua kasus suspek hepatitis akut yang dilaporkan dinas kesehatan setempat.
Nadia kemudian menjelaskan, dari dua kasus suspek di Medan, satu di antaranya dinyatakan memiliki penyakit lain sehingga tidak masuk dalam kategori suspek hepatitis akut. Sehingga pihaknya belum bisa memasukkan satu kasus kematian itu dalam data nasional lantaran masih belum mendapatkan keterangan lanjut dari Medan.
"Kalau kematian yang dilaporkan resmi secara nasional ada 7 kasus. Sementara kasus yang di Medan, Sumatera Utara masih diverifikasi oleh teman-teman," ujar Nadia.