Kemenhub: Lacak Truk Gandeng Penyebab Ambrol Jembatan Ngaglik 1
Direktur Jendral (Dirjen) Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi giliran meninjau Jembatan Ngaglik 1 Lamongan, Sabtu 2 April 2022.
Seperti kunjungan pejabat lainnya, Budi Setiyadi ingin mengetahui lebih detil terkait ambrolnya jembatan poros nasional yang berlokasi di Lingkungan Sarirejo, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Lamongan empat hari lalu itu.
Termasuk menyinggung kendaraan terakhir yang melintas hingga bisa diduga sebagai penyebab ambrolnya jembatan yang menghubungkan Surabaya-Babat (Lamongan) itu.
Dirjen Budi Setiyadi mengaku mendapat informasi bahwa kendaraan terakhir yang melintas saat kejadian adalah dua motor, satu mobil pick up dan truk gandeng.
Menurutnya, truk gandeng itulah yang bisa dilacak. Karena dalam kasus ini pemilik kendaraan bisa diajukan ke proses hukum. Dicontohkan, kejadian yang sama di Ngawi.
Saat itu kendaraan yang diduga sebagai penyebab, diamankan polisi. Selanjutnya dilakukan penyelidikan langsung bisa diajukan ke pengadilan perdata. Putusannya didenda Rp1 miliar.
"Artinya bukan denda itu yang penting. Setidaknya bisa dijadikan pelajaran pemilik perusahaan, menjadi tahu atau jera kalau muatan tidak boleh melebihi tonase karena itu saya harap polres bisa melacak truk gandeng yang informasinya melintas saat kejadian," paparnya.
Di hadapan Wadir Lantas Polda Jawa Timur Kompol AKBP Didi WBS, Kapolres Lamongan AKBP Miko Indryana, Kadinas Perhubungan Lamongan Heruwidi dan Satker BBPJN Jatim -Bali, Budi Setiyadi mengungkapkan, bahwa dipastikan penyebab kerusakan jalan atau jembatan ambrol karena faktor truk Over Dimension Over Loading (ODOL). Yakni, kendaraan berat yang memiliki dimensi dan muatan berlebih.
"Karena itu, kita sudah adakan MoU dengan Polri dan Dinas PUPR untuk mengatasi masalah ini. Nantinya lambat laut akan kita soisialisasikan," ujarnya.
Pada kesempat itu, Budi Setiyadi menyebut Jembatan Ngaglik 1 merupakan ruas vital yang akan banyak dilalui para pemudik. dengan rincian mobilitas masyarakat yang melintas disebut paling besar.
"Potensi pergerakan mudik paling banyak terjadi di Jawa Timur. Pasti, jembatan ini akan banyak dilalui pemudik," terangnya.
Sehingga, tepat jika penyelesaian pembangunannya diagendakan aelesai H-10 sebelum Idil Fitri. Hanya perbaikam jembatan terjadi beda level, lebih tinggi 35 centimeter dari sebelumnya, perlu diantisipasi.
Sebaiknya, sebelum operasional, untuk meminimalisir kecelakaan harus disimulasikan dan dicari solusi oleh Polres dan Dishub. Karena beda level sampai 35 centimeter akan berdampak.
"Apalagi mobil yang pendek seperti jenis sedan jadi kalau malam juga bahaya. Kalau perlu, menambah lampu penerangan di lokasi jembatan ini," imbuhnya.
Pastinya, sesuai ketengan Satgas BBPJN Jatim-Bali, Nanang Pratma, menyebut nantinya ada perbedaan perilaku kendaraan saat lintasan jembatan sudah selesai.
Bangunan baru hanya akan dilalui kendaraan jenis pribadi. Sedang bangunan kanan kiri tidak ikut ambrol untuk motor dan lainnya.
Advertisement