Kemendikbud Gelar Workshop Intervensi Dini Anak Cerebral Palsy
Dalam rangka Hari Disabilitas Internasional, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar workshop ‘Intervensi Dini Untuk Anak Cerebral Palsy’ di Banyuwangi, Kamis, 2 Desember 2021.
Workshop ini diikuti ratusan peserta dari kalangan guru, orang tua, stakeholder terkait, dan masyarakat umum. Peserta ada yang hadir secara langsung di lokasi. Ada juga yang mengikuti secara virtual dari berbagai daerah se-Indonesia.
Hadir dalam kegiatan ini, Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar Biasa (P4TK TK dan PLB) Kemendikbudristek, Abu Khaer; Kepala Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PK-PLK) Provinsi Jatim, Dr. Suhartono; Founder Global Village Fundation, Andy Bracey; dan jajaran OPD Pemkab Banyuwangi.
Kegiatan ini dibuka Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani secara daring. Ipuk berharap, kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Cerebral Palsy dan bagaimana intervensinya. Sehingga para penyandang Cerebral Palsy dapat mengakses hak-hak mereka secara layak, baik di sektor pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial.
Dia menambahkan, bukan hanya orang tua dan guru, yang harus tahu informasi tentang cerebral palsy. Tetapi juga masyarakat luas. Agar tidak ada lagi stigma sosial yang berakibat negatif bagi penyandang cerebral palsy.
“Sehingga tidak ada lagi stigma sosial tentang anak-anak cerebral palsy maupun penyandang disabilitas lainnya yang terkadang membuat mereka ini minder sehingga tidak berbaur, tidak mau bersekolah,” katanya.
Ipuk meminta seluruh stakeholder terkait terus berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Salah satunya, rutin melakukan skrining dan pemeriksaan kesehatan bagi calon ibu dan para remaja. Hal ini sebagai langkah preventif untuk meminimalisir terjadinya kelahiran bayi berkebutuhan khusus.
“Maka saya minta agar kader-kader posyandu ikut dilibatkan. Posyandu juga harus terus memberikan sosialisasi dan pendekatan kepada ibu hamil bagaimana perilaku yang sehat agar bayi yang lahir juga sehat,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, Ipuk mengapresiasi para relawan yang bekerja tulus mendampingi para disabilitas. Dia juga menyemangati para orang tua yang dianugerahi buah hati berkebutuhan khusus. Menurutnya, setiap anak itu istimewa. Anak-anak berkebutuhan khusus, kata dia, juga istimewa.
“Dengan penanganan, pendampingan, dan stimulasi yang tepat, anak-anak berkebutuhan khusus juga bisa menjadi pribadi hebat. Teruslah kuat dan bersabar merawat anak-anak istimewa yang dititipkan Allah,” ujar Ipuk.
Kepala P4TK TK dan PLB Kemendikbudristek, Abu Khaer, mengatakan, workshop ini dalam rangka meningkatkan pemahaman para orang tua, guru, dan masyarakat bagaimana memberikan intervensi dini terhadap anak cerebral palsy. Tujuannya, agar mereka bisa tumbuh, berkembang, serta mampu mencapai kemampuan fungsionalnya secara optimal agar penderita cerebral palsy bisa lebih mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang lain.
“Kegiatan ini sekaligus sebagai upaya mewujudkan ekosistem yang nyaman tanpa diskriminasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus, utamanya anak cerebral palsy,” jelasnya.
Banyuwangi dipilih sebagai lokasi workshop karena memiliki relawan disabilitas yang aktif dan memiliki jaringan yang cukup luas. Kinerja sekolah luar biasa (SLB) di Banyuwangi juga dinilai baik dalam membantu meningkatkan kapasitas dan kemandirian anak didiknya.
“Ini sekaligus sebagai motivasi untuk para relawan dan Guru yang selama ini bekerja sepenuh hati melayani dan mendampingi para penyandang disabilitas, khususnya anak-anak cerebral palsy,” tegasnya.
Kegiatan ini dimeriahkan dengan penampilan anak-anak tuna rungu yang membawakan tarian khas Banyuwangi ‘Jejer Gandrung’. Ada juga pembacaan puisi indah oleh penyandang cerebral palsy. Selain itu, juga ditampilkan beragam karya para penyandang disabilitas, mulai batik, kerajinan anyaman bambu, hingga makanan olahan ikan.
Advertisement