Kemendikbud Dukung Zenius, Platform Edukasi Berbasis Teknologi
Zenius, platform edukasi berbasis teknologi, memiliki misi untuk membentuk individu Indonesia yang Cerdas, Cerah, dan Asyik. Metode belajar Zenius fokus pada pemahaman dasar materi dan pengembangan pola berpikir kritis. Hal ini dicapai dengan membantu siswa mendapatkan pengalaman belajar yang personal, sesuai dengan tahapan belajar serta kemampuan masing-masing.
“Ada empat kemampuan dasar yang penting dimiliki oleh seorang individu, yaitu logika, kemampuan matematis dasar, membaca, dan scientific thinking,” tutur Chief Education Officer Zenius, Sabda PS, dalam acara Media Gathering Zenius-Fortadikbud dengan tema 'Cerdas, Cerah, Asyik: Pola Pikir untuk Masa Depan yang Kompetitif'.
Sabda PS menyampaikan, Zenius berusaha untuk membuat materi-materi pembelajaran yang dapat menstimulasi kemampuan dasar tersebut. “Hal ini, merupakan wujud nyata upaya kami dalam membentuk individu yang kompetitif atau kami menyebutnya individu yang cerdas, cerah, dan asyik,” ujar dia.
Individu yang cerdas terlatih untuk memiliki pemikiran yang kritis daripada sekadar menghafal. Cerah karena mereka memiliki kemampuan dasar yang membuat mereka lebih percaya diri menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka juga asyik karena memiliki kemampuan social, dan memiliki motivasi untuk terus belajar atau menjadi lifelong learner.
Dalam konteks yang lebih luas, kompetensi individu menentukan masa depan Indonesia. Sebagai anggota dari OECD, Indonesia berpartisipasi dalam tes PISA yang menguji kemampuan dasar siswa SMA. Zenius memiliki komitmen untuk membantu meningkatkan skor PISA Indonesia. Hal ini, sejalan dengan agenda pemerintah yang kini menggunakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) untuk menilai kemampuan dasar siswa dalam hal literasi dan numerasi.
Direktur Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud RI, Purwadi Sutanto mengatakan, "pemerintah mendukung inisiatif Zenius yang terus menciptakan dan menerapkan materi pembelajaran berkualitas untuk siswa. Kami berharap akan ada sinergi yang lebih banyak ke depannya untuk meningkatkan kompetensi individu di Indonesia."
Kontribusi nyata metode belajar Zenius bagi masa depan siswa Indonesia. Lebih dari 16 tahun, Zenius telah mengajarkan ratusan ribu siswa untuk memiliki pola berpikir kritis. Pola berpikir kritis menjadi salah satu modal bagi siswa meraih pendidikan yang lebih tinggi dan berkarir.
"Kami mengapresiasi kehadiran platform edukasi seperti Zenius atas misinya yang sejalan dengan pemerintah,” kata Purwadi.
Salah seorang alumni Zenius, Indah Shafira, mengatakan belajar dengan Zenius di tahun 2013, dan manfaatnya masih di rasakan sampai saat kuliah di Harvard dan bekerja hari ini di World Bank.
“Lewat metode belajar Zenius, saya membangun kemampuan berpikir kritis dan kemampuan dasar. Hasil belajar ini, membantu saya untuk memiliki pola pikir yang sistematis, terlebih saat menyusun ide dan menyelesaikan masalah di pekerjaan. Saya harap lebih banyak siswa yang bisa merasakan manfaat pola berpikir kritis untuk meraih masa depan yang cerah,” tuturnya.
Guna mewujudkan komitmen untuk membentuk lebih banyak individu yang cerdas, cerah, dan asyik, Zenius telah membuka akses secara gratis ke lebih dari 90.000 video dan bank soal untuk seluruh siswa di Indonesia.
Zenius juga mengembangkan, kecerdasan buatan bernama ZenBot. Fitur ini membantu siswa belajar dengan cara memberikan solusi dari soal-soal sulit dan memberikan rekomendasi materi pembelajaran untuk menguasai soal sulit tersebut. Fitur ini dapat diakses secara gratis lewat aplikasi Zenius atau WhatsApp.
Selain mengembangkan konten untuk siswa, Zenius juga telah meluncurkan sistem manajemen pembelajaran Zenius untuk Guru (ZenRu) yang juga dapat diakses secara gratis. Dengan ZenRu, para guru dapat mengakses bank soal Zenius yang terdiri dari soal LOTS dan HOTS yang menstimulasi siswa dalam belajar.
Zenius juga bekerja sama dengan dinas pendidikan di berbagai provinsi untuk memberikan pelatihan pada guru dalam memanfaatkan platform Zenius. Tujuannya, agar guru dapat mengelola pembelajaran dengan lebih efisien dan punya lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan siswa.
Advertisement