Kemenangan Emosional Tadej Pogacar dan Colnago di Tour de France
Ajaib! Sekaligus tragis! Hanya tinggal selangkah, sehari saja, Primoz Roglic (Jumbo-Visma) meraih hasil besar. Sebagai juara Tour de France 2020. Sudah sebelas hari terakhir, Roglic berhasil terus merengkuh yellow jersey di tubuhnya.
Tapi, di etape 20, Sabtu, 19 September malam WIB, semuanya berubah hanya dalam sekejap. Memang sedari awal TdF, Tadej Pogacar (UAE Team Emirates) digadang-gadang bakal menjegal dominasi Roglic.
Apalagi, hari demi hari jarak waktu di klasemen general classification antara kedua pembalap asal Slovenia ini makin dekat. Terakhir, sebelum Sabtu hari time trial itu, jarak waktu mereka adalah 57 detik.
Sabtu malam itu, Tadej Pogacar yang menggunakan jersey putih sebagai pembalap muda terbaik benar-benar menunjukkan kualitasnya. Banyak “aturan” untuk menang sebuah grand tour yang dipatahkan oleh pembalap 21 tahun ini.
Aturan-aturan tidak tertulis tapi sudah jadi hal wajib seperti harus punya tim yang kuat dan solid. Punya tim domestik yang sangat kuat. Punya sepeda yang sangat bagus performanya.
Tidak seharusnya memenangkan sebuah grand tour saat pertama kali mengikutinya. Tidak seharusnya memenangkan grand tour dalam usia 21 tahun. Tidak seharusnya menang grand tour dari hari terakhir. Dan tidak seharusnya membuat kaget teman senegara, seluruh peloton dan dunia!
Tapi itulah yang terjadi. Tadej Pogacar mendobrak semua aturan-aturan itu! Dialah pemenang Tour de France 2020. Justru Pogacar tidak mempunyai beban apapun sesaat sebelum etape time trial sejauh 36 dari Lure menuju La Plance Des Belles Filles Sabtu itu.
Dia hanya perlu lakukan yang terbaik. Itu saja. Karena dia tidak butuh “mesin peloton” untuk hari itu. Hanya dia dengan stopwatch. Dan perlu sepersekian detik unggul dari rekan senegara, Roglic.
“Saya hanya anak kecil dari Slovenia. Saya duduk seharian di depan televisi melihat pembalap Andy Schleck dan Alberto Contador beraksi. Setelah itu saya ambil sepeda dan bersepeda seolah-olah seperti mereka. Mimpiku hanya bisa mengikuti Le Tour,” tutur Pogacar sesaat setelah menyelesaikan etape time trialnya.
Hari Sabtu itu, Pogacar hanya perlu 57 detik untuk jadi juara Tour de France 2020. Semuanya bisa berlangsung sempurna seolah memang harinya dia. Di 14 km pertama, Pogacar sudah unggul 13 detik dari Roglic.
Di 30 km, di bagian bawah tanjakan La Planche de Belles Filles, saat transisi berganti sepeda, Pogacar sudah mengantongi 23 detik lagi dari Roglic. Total sudah 36 detik. Hanya perlu 21 detik lagi!
Apapun bisa terjadi saat itu. Salah ambil belokan hingga ban kempes bisa membuat mimpi Pogacar dan Colnago menguap begitu saja. Tapi sekali lagi, ini time trial. Hanya ada Pogacar, Colnago, stopwatch dan motor polisi pengawalan. Untuk melawan waktu 21 detik itu!
Akhirnya, 3 km terakhir dari puncak La Planche, terjadilah momen itu. Jarak dengan sang yellow jersey hanya tinggal 10 detik. Lalu lima. Dua. Satu. Dan that’s it! Pogacar membukukan waktu lebih unggul 1 menit 56 detik dibanding Roglic!
Ya, awal hanya butuh 57 detik untuk jadi juara Le Tour, tapi Pogacar membayar lebih dari 1 menit! Hanguslah mimpi Roglic. Dia hanya bisa duduk termenung di aspal tanpa bisa berkata-kata. Begitu pula tim Jumbo-Visma. Hening!
Sejak awal grand tour ini dimulai, pembalap berjuluk “Pogi” ini terus agresif dan menyerang untuk menjadi unggul dan mengejar posisi terbaik di GC. Bukan mengejar juara. Bukan itu mimpinya.
Meskipun “mesin tim” UAE Team Emirates harus kehilangan dua climber andalan, Fabio Aru dan Davide Formolo, tapi Pogacar tetap berusaha yang terbaik dengan terus menempel bak perangko ke peloton kuning Jumbo-Visma.
Harapan dia gampang. Dengan menempel kereta kuning asal Belanda ini, dirinya tinggal bertarung di akhir tiap etape untuk lebih sedikit lebih unggul dari Roglic. Dan itu dia lakukan berhari-hari. Dia yakin bisa lakukan itu karena dia lebih muda dari Roglic yang berusia 30 tahun.
Pogacar nampak sudah menunggu momen etape time trial hari Sabtu itu. Karena sebenarnya dia percaya diri bisa melawan Roglic di time trial. Pogacar pernah mengalahkan Roglic di kejuaraan nasional ITT Slovenia 28 Juni 2020 lalu.
Waktu itu, dia unggul 8,53 detik dari Roglic dalam menempuh jarak 15,5 km dari Zgornje Gorje menuju Pokljuka. Ditambah, di TdF 2020, sudah dua kali Pogacar mengalahkan Roglic, di etape 9 dan 15.
Jadi, tak heran, memasuki hari Sabtu, Pogacar sangat percaya diri dan tampil nothing to lose. Dan dia mendapatkan lebih dari impiannya. “Impian saya hanya tampil di Tour de France. Bukan memenangkannya. Tapi saya memenangkan Tour de France 2020 dan itu lebih dari mimpi seorang anak kecil dari Slovenia,” tuturnya.
Tanpa tim yang kuat, tanpa pengalaman, tanpa marginal gain (yang selalu diagung-agungkan Team Sky-dahulu). Hanya perlu watt dan agresif untuk mencapai lebih dari sekedar mimpi anak 21 tahun!
Hari Minggu, 20 September, Pogacar finis dan selebrasi bersama tim UAE Team Emirates di Champs-Elysees, Paris. Dia mengenakan yellow jersey dengan sepeda Colnago V3Rs rim brake warna kuning dengan komponen asal Italia, Campagnolo. Perfecto Italiano!
Tercatat juga Pogi menjadi pembalap termuda kedua yang menang Tour de France sejak tahun 1903. Pembalap pertama termuda yang memenangkan Tour de France adalah Henri Cornet. Dia berusia 19 tahun saat menjadi juara TdF tahun 1904. Pogi berusia 21 tahun. Dan akan berulang tahun ke-22 hari Senin tanggal 21 September! (sehari setelah resmi menang TdF 2020).
Selain kemenangan Pogi yang penuh emosional, juga menjadi sejarah besar untuk Ernesto Colnago dan sepeda bikinannya, Colnago. Merek sepeda asal Cambiago, Italia ini belum pernah memenangkan Tour de France sejak didirikan tahun 1952! Dan Minggu malam WIB, akhirnya sejarah itu tercatat setelah 68 tahun penantian!
Tentu sebagai sebuah merek sepeda kelas dunia, kemenangan ini menjadikan mimpi Ernesto Colnago lengkap dan sempurna di usianya yang 88 tahun itu.
Jadi hari Minggu, 20 September kemarin banyak sejarah tercatatkan dengan baik bagi dunia sepeda. Terlalu banyak kemenangan yang emosional di Tour de France 2020 ini.
General Classification Tour de France 2020
Tadej Pogačar (Slovenia) UAE Team Emirates, 87 jam 20 menit 05 detik
Primož Roglič (Slovenia) Jumbo-Visma, +59 detik
Richie Porte (Australia) Trek-Segafredo, +3 menit 30 detik
Mikel Landa (Spanyol) Bahrain-McLaren, +5 menit 58 detik
Enric Mas (Spanyol) Deceuninck-Quick-Step, +6 menit 07 detik
Miguel Ángel López (Kolombia) Astana, +6 menit 47 detik
Tom Dumoulin (Belanda) Jumbo-Visma, +7 menit 48 detik
Rigoberto Urán (Kolombia) EF Pro Cycling, +8 menit 02 detik
Adam Yates (Inggris) Mitchelton-Scott, +9 menit 25 detik
Damiano Caruso (Italia) Bahrain-McLaren, +14 menit 03 detik
Advertisement