Kembangkan SDM, Muhammadiyah Rangkul 2 Kampus Tiongkok
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir beserta rombongan menghadiri undangan dari dua kampus ternama di Tiongkok. Yaitu, Tsinghua University dan Confucius Institute.
Dalam kunjungan itu, Haedar Nashir, selain menyampaikan peran Muhammadiyah dalam konteks kebangsaan di Indonesia, menjelaskan tentang pentingnya pengembangan SDM di era sekarang ini. Agar ke depan negara-negara di kawasan Asia menjadi negara yang diperhitungkan di kancah global.
“Saat ini, sangat penting kiranya perguruan tinggi-perguruan tinggi di negara-negara Asia, saling bermitra dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia. Agar ke depan, kita menjadi negara-negara yang diperhitungkan di kancah global”, tuturnya, dalam keterangan diterima ngopibareng,id, Sabtu 15 September 2018.
Pada pertemuan tersebut, Rektor Tsinghua University, Prof. Yang Bin, didampingi beberapa pimpinan kampus tersebut, menyampaikan ucapan terima kasih atas kunjungan Haedar Nashir dan rombongan. Menurut Yang Bin, Indonesia adalah negara yang penuh dengan kesan baik selama ini.
“Saat ini, sangat penting kiranya perguruan tinggi-perguruan tinggi di negara-negara Asia, saling bermitra dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia. Agar ke depan, kita menjadi negara-negara yang diperhitungkan di kancah global," kata Haedar Nashir.
Tawaran ini, disambut baik oleh Ketua Umum dan rombongan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kasiyarno, Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, mengatakan, sebagai kampus yang telah bekerjasama dengan pemerintahan China, UAD berharap, bisa bekerjasama, khususnya dalam studi bahasa dan budaya mandarin.
“Sampai sekarang, kami telah memiliki alumni dari Tiongkok sebanyak 600 orang. Tentu kami berharap, kerjasama yang telah berjalan ini, dapat kami kembangkan dengan membuka studi budaya dan bahasa di Indonesia”, ungkapnya.
Hal sama disampaikan Suyatno, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta sekaligus bendahara umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini, yang menawarkan dibukanya studi bahasa dan budaya Mandarin di Uhamka.
“Kami sudah memiliki beberapa program studi, akan tetapi kami belum memiliki program studi bahasa dan budaya. Persolannya bukan pada tempat, namun izinnya kami belum dapatkan, karena belum memiliki tenaga pengajar / SDM untuk program ini. Oleh karenanya, kita mengharapkan, dalam waktu dekat, bisa bertemu khusus untuk menindaklanjuti kerjasama ini”, ungkap Suyatno.
Usai pertemuan dengan dua perguruan tinggi ini, Haedar Nashir dan pimpinan universitas saling tukar cindera mata. Turut diserahterimakan Majalah Suara Muhammadiyah dan beberapa buku terbitan Suara Muhammadiyah untuk dijadikan koleksi di perpustakaan 2 perguruan tinggi terbaik di Tiongkok ini. (adi)