Kembangkan Kapasitas Rohani dalam Pendidikan, Peran LP Maarif NU
Pendidikan bukan cuma masalah kognitif, mengasah kapasitas intelektual, dan transfer pengetahuan. Pendidikan lebih dari itu merupakan ikhtiar membangun kapasitas rohani.
"Oleh karena itu, saya juga ingin melihat di lingkungan LP Ma'arif NU ini dikembangkan model pendidikan yang secara integral memasukkan komponen pengembangan kapasitas rohani bagi anak-anak. Dan ini eksistensial sekali jangan sampai dilupakan karena ini eksistensial sekali".
Demikian dikatakan dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU), akhir pekan lalu.
Gus Yahya, panggilan akrabnya, memaparkan lembaga ini dinamai LP Ma'arif NU dengan asal kata 'arofa yang berarti mengenal. Nama lembaga ini juga mengarah pada ma'rifatullah.
Oleh karena itu, pengetahuan yang diajarkan kepada anak didik dari berbagai macam komponen pendidikan yang diberikan harus berhulu dan bermuara kepada ma'rifatullah. "Saya tekankan dengan tandas supaya anak-anak yang dididik di NU ada bedanya dengan anak-anak yang dididik di lembaga lain," tegas dia.
Gus Yahya mengatakan sistem pendidikan ini juga akan menentukan wajah NU di masa depan. Suplai kader NU harus paling banyak datang dari lembaga pendidikan NU.
Sebab, untuk mengelola dan memimpin kapasitas-kapasitas intelektual, keterampilan, manajemen politik tidak cukup dengan kapasitas intelektual saja. Namun, harus dibekali dengan kapasitas rohani.
Dia menilai mengelola lembaga pendidikan harus terkandung strategi valid dan efektif karena akan memiliki dampak luas dan panjang. Gus Yahya mendorong LP Ma'arif mempunyai desain valid tentang sistem nasional.
Desain rancang Bangun
Desain dan rancang bangun harus saling valid, tidak asal-asalan, bisa dipertanggungjawabkan dan desain yang dibutuhkan sesuai dengan realitas, karakteristik, dan dinamika yang berkembang di sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah di lingkungan NU.
"Ini memang pekerjaan yang tidak sederhana, diperlukan data, diperlukan analisis yang akurat dan diperlukan untuk membangun satu rekomendasi desain yang valid tersebut," ujar dia.
Gus Yahya mengatakan bila sudah mempunyai desain yang dibutuhkan, kemudian strategi mewujudkannya. Sebab, tidak bisa dilakukan seperti membalikkan tangan dan tidak bisa diselesaikan dalam semalam tapi memerlukan satu strategi yang mungkin berjangka panjang.
"Saya ingin melihat LP Ma'arif NU punya strategi seperti itu, yakni bagaimana membangun sistem pendidikan nasional Nahdlatul Ulama," kata pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Dia juga mengingatkan ada satu fenomena yang sekarang semakin kuat, yaitu masa depan datang menghampiri dengan cepat sekali. Masa depan itu menghampiri dengan akselerasi luar biasa.
"Oleh karena itu, kita harus membawa fenomena akselerasi perubahan ini ke dalam dunia pendidikan yang kita kelola. Karena tanggung jawab kita kepada anak didik adalah mempersiapkan mereka untuk menghadapi hidup nantinya," tutur dia.
Gus Yahya menekankan penyelenggaraan pendidikan tidak boleh stagnan dan hanya berhenti pada satu model atau pola saja. Menurutnya, harus sungguh-sungguh mampu menyediakan pendidikan yang bisa mempersiapkan anak didik menghadapi masa depan yang begitu cepat.
Pola ini bila diimplementasikan ke dalam model penyelenggaraan pendidikan di NU tidak cukup hanya pemahaman kognitif atau intelektual terhadap dinamika percepatan perubahan, tetapi juga harus diimbangi dengan mentalitas sebagai pendidik. Sebab, nasib anak-anak didik dari generasi baru harus dipersiapkan untuk menghadapi masa depan yang lebih kokoh dan kuat.
Gus Yahya menyebut LP Ma'arif NU harus berbenah diri untuk menyambut kebutuhan-kebutuhan masa depan. Sehingga bisa berjalan seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan, termasuk ke dalam birokrasi.
"Sistem pendidikan nasional tulang punggungnya adalah birokrasi. Maka kemampuan untuk dengan cepat menyesuaikan diri juga harus masuk di dalam elemen yang fundamental dalam desain birokrasi atau desain atau sistem pendidikan yang kita bangun," tutur dia, dilansir laman nu.or.id.
Evaluasi Program
Ketua LP Ma'arif NU Muhammad Ali Ramdhani mengungkapkan Rakernas ini diselenggarakan dalam rangka mengevaluasi program-program yang telah dilaksanakan, menerapkan program-program strategis yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat, dan melakukan kolaborasi yang dituangkan ke dalam rekomendasi baik internal maupun eksternal.
Dia menyebut LP Ma'arif NU merupakan sebuah unit pengambil kebijakan yang mencoba menangkap dan merespons berbagai tuntutan masyarakat. Hal itu agar kehadirannya selaras dengan harapan-harapan masyarakat.
"Tentunya kita mencoba menangkap melalui permasalahan masyarakat yang perlu dijawab melalui khidmat kita di LP Ma'arif NU," kata Ramdhani.
Salah satu yang dibahas dalam Rekernas adalah persoalan aksesibilitas. Dia menyebut aksesibilitas dalam berbagai perspektif tidak sekedar geografis tetapi juga masalah ketidakmampuan atau ketidakterjangkauan secara ekonomi sehingga memengaruhi pendidikan anak didik.
"Untuk itu, LP Ma'arif NU membangun mekanisme sedemikian rupa agar dapat hadir di seluruh penjuru pelosok di Republik ini," ujar Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat itu.
Advertisement