DPRD Banyuwangi Ajak Petani Beralih ke Pupuk Organik
DPRD Banyuwangi meminta petani di Banyuwangi untuk tidak menggantungkan pemupukan pada pupuk kimia. Sebaliknya, petani diminta mulai beralih menggunakan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian sekaligus memulihkan kesuburan lahan.
“Kita menganjurkan pada petani untuk pakai pupuk organik. Jangan menambahi pupuk kimia. Karena makin banyak petani pakai pupuk kimia, makin rusak tanah pertanian di Banyuwangi ini,” kata Wakil Ketua DPRD Banyuwangi Michael Edy Haryanto, Kamis, 16 Januari 2020.
Bersama Dinas Pertanian, DPRD Banyuwangi akan mencari konsep bagaimana pupuk organik ini dipakai petani. Saat ini petani tidak mau memakai pupuk organik karena dianggap efeknya tidak bisa dirasakan secara langsung.
“Padahal itu sangat-sangat keliru. Pupuk organik ini bisa mengembalikan unsur hara tanah. Ketika penggunaan pupuk organik ini jalan, produksi itu akan meningkat,” katanya usai melakukan pertemuan dengan Dinas Pertanian Banyuwangi di ruang Komisi I DPRD Banyuwangi.
Dia menambahkan, negara lain seperti Vietnam dan Thailand bisa mengirim beras ke Indonesia dengan harga murah karena produksinya tinggi. Petani di dua negara itu seluruhnya tersenyum karena produksinya yang tinggi.
“Itulah yang akan kita cari solusinya. Bahkan saya minta ke Pak Bupati, kami ingin ke sana, Thailand atau Vietnam. Saya ingin tahu, saya ingin melihat dengan mata sendiri bagaimana bisa tinggi produksinya. Saya akan berusaha terapkan di sini,” tegas politikus Partai Demokrat ini.
Jika produksi pertanian di Banyuwangi tinggi, misal sampai 10 ton per hektar, Michael meyakini petani tidak akan menjual lahannya. Petani akan semangat menjadi petani dan mengolah lahannya sendiri. Kalau produksi rendah seperti sekarang ini dan petani tetap bermain dengan pupuk kimia, lama-lama tanah akan kehilangan kesuburan dan hasil produksinya juga tidak akan baik.
Saat ini, kata Michael, produktivitas petani Banyuwangi versi Dinas Pertanian sekitar 6 ton per hektar. Tapi menurut petani yang mengeluh langsung pada dirinya, produktivitassaat ini hanya 3 sampai 4 ton per hektar. Bahkan kalau kena hama tikus, petani bahkan sudah tidak bisa panen.
“Itu yang membuat petani menyewakan lahannya. Lebih untung menyewakan lahannya daripada tanam sendiri. Mind set yang seperti itu yang harus saya ubah. Kalau mau mengubah dan produksi tinggi, petani itu akan kaya semua dan tidak akan menjual lahannya,” pungkasnya.