Kembalikan Identitas Kemandirian, Tema Pokok Hari Santri 2017
Jakarta: Kemandirian merupakan identitas asli seorang santri. Karena itu, identitas ini harus dikembalikan pada jalur semula. Demikian dikatakan KH Ma’ruf Amin, Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Menurut Kiai Maruf, tema kemandirian ini bukan sesuatu yang baru, tetapi untuk penguatan bahwa santri itu mandiri. Hal itu menanggapi tema Santri Mandiri, NKRI Hebat yang diusung Rabithah Ma‘ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) pada acara peluncuran dan konferensi pers Hari Santri 2017 di lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta Pusat.
Santri, menurutnya, dari dulu diajar mandiri. Kemandirian ini juga diperintah oleh Rasulullah, “Kamu jangan menjadi beban orang”. Begitu juga dalam salah satu doa kita dengan menyebut wal afafah, yakni menjaga diri dari meminta-minta kepada orang.
Oleh karena itu, kata Kiai Ma’ruf dalam pernyataan diterima ngopibareng.id, “santri biasa hidup mandiri dan diajar hidup sederhana. Santri, juga sudah terbiasa hidup prihatin”.
“Santri memang pantang meminta-minta, tapi kalau dikasih pantang menolak. Itu santri itu,” katanya, tentang peluncuran Hari Santri 2017, pada Kamis malam (10/08/2017).
Jadi, kemandirian merupakan watak yang dari dulu diajarkan di pesantren. Kemandirian merupakan suatu keharusan supaya tidak menjadi beban negara dan bangsa. Lebih dari itu, santri harus berkontribusi untuk bangsa dan negara.
“Dari dulu, soal kontribusi itu, dari dulu santri berkontribusi (kepada bangsa dan negara),” kata Kiai Ma’ruf Amin.
Hadir pada acara tersebut, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Waketum PBNU Mochammad Maksum Machfoedz, Ketua PP RMI NU KH Abdul Ghofar Rozin dan tamu undangan dari beberapa perwakilan kementerian. (adi)
Advertisement