Kembalikan Asas Kebermanfaatan dan Kebaikan, Kata Cak Nun
Kompetisi di era globalisasi adalah suatu zaman yang tidak terelakan. Karena memang kontruksi globalisasi adalah persaingan. Hal ini menyebabkan asas kebermanfaatan dan kebaikan kehilangan tempatnya.
"Kebermanfaatan dan kebaikan di zaman globalisasi tergusur posisinya dengan asas kompetisi dan asas sailing mengalahkan,” kata Emha Ainun Nadjib, dalam Dialog ‘Kebangsaan Islam, Kebangsaan dan Perdamaian’, di Auditorium Abdulkahar Mudzakir Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Kamis 28 Februari 2019 .
Cak Nun, panggilan akrab tokoh kelahiran Jombang ini, memandang hal ini bukan sebagai tolak ukur kemajuan kemanusiaan, karena nilai dasar kemanusiaan azas utamanya adalah kemanfaatan dan kebaikan.
"Karena tafsir akan memunculkan kompetensi antar kemampuan menafsir, padalah melihat Al Qur'an adalah suatu kemanfaatan dan kebaikan,” kata Cak Nun.
Mengutip perintah Al-Quran, bahwa posisi Al-Quran dan manusia adalah mentadaburi bukan memberikan interpretasi sepihak yang akhirnya memuncul tafsir-tafsir pesanan yang digunakan sebagai alat legitimasi dari perbuatan manusia yang bisa jadi perbuatan tersebut tidak benar.
"Karena tafsir akan memunculkan kompetensi antar kemampuan menafsir, padalah melihat Al Qur'an adalah suatu kemanfaatan dan kebaikan,” jelasnya.
Maka perlu untuk kembali mengobarkan asas kebaikan dan kebermanfaatan yang merupakan fitrah manusia. Cak Nun mencontohkan salah satu organisasi yang berasas seperti itu adalah Muhammadiyah, contoh konkretnya adalah ketika Muhammadiyah memilih ketua umumnya.
"Asas kemanfaatan yang dicontohkan oleh organisasi Muhammadiyah adalah dalam pemilihan ketuanya yang tidak didasari pangkatnya. Meski profesor dan tingkat akademik lainnya, melainkan asas kebermanfaatannya,” kata Cak Nun.
Menurutnya, Muhammadiyah hadir bukan untuk berkompetisi saling mengalahkan, tapi Muhammadiyah hadir karena azas kebermanfaatan dan kebaikan. (adi)
Advertisement