Kemarin,Sunda Empire Ubah PBB di Wikipedia hingga Ganasnya Corona
Beragam peristiwa pada Sabtu, 25 Januari 2020. Dua di antaranya Sunda Empire diduga mengubah sejarah PBB di Wikipedia serta keganasan virus corona.
Sunda Empire Ubah Sejarah PBB
Politikus Partai Demokrat, Roy Suryo, menduga sejarah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Wikipedia telah diubah atau disunting oleh Sunda Empire. Dugaan itu didapat setelah Roy menelusuri alamat internet protocol (IP) sang penyunting.
"IP anonim itu merujuk ke Sunda empire. Dia secara kasar dan tidak ilmiah telah mengubah sejarah melalui Wikipedia," kata Roy Suryo.
Menurutnya, akun anonim yang merujuk ke Sunda Empire itu membuat keterangan di Wikipedia bahwa PBB didirikan di Gedung Isola, Lembang, Bandung.
Roy Suryo mengungkap, penyuntingan Wikipedia terjadi pada 22 Januari 2020 atau sehari setelah petinggi Sunda Empire, Rangga Sasana, tampil di acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang diselenggarakan oleh stasiun televisi TV One.
"Kalau kita mengakses sejarah tentang PBB dan sejarah NATO yang muncul adalah sejarah palsu yang dibuat Sunda Empire itu. Ini bahaya," kata ahli telematika itu.
Roy telah melaporkan masalah ini ke Polda Metro Jaya. Selain mengubah sejarah PBB di Wikipedia, Roy juga mempermasalahkan ucapan Rangga Sasana yang menyebut bahwa Pakualaman merupakan bentukan Belanda dan berasal dari Solo, bukan Jogjakarta.
"Pakualaman itu asalnya dari Jogjakarta. Bagian dari keraton dan tak berpihak kepada Belanda," ujar pemilik nama lengkap Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo ini.
Laporan Roy Suryo diterima Polda Metro Jaya dengan nomor LP/350/I/YAN2.5/2020/SPKTPMJ. Pelaku dilaporkan dengan Pasal 27 Ayat 3 juncto Pasal 45 Ayat 3 dan atau Pasal 31 juncto Pasal 48 dan atau Pasal 35 juncto Pasal 51 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE dan atau Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Tindak Pidana dan atau Pasal 310 dan atau Pasal 311 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Keganasan Virus Corona
Jonathan M Read serta sejumlah ilmuwan yang terafiliasi dengan Lancaster Medical School, Inggris, Departemen Biologi dan Institut Patogen Baru dari Universitas Florida, dan Dewan Penelitian Medis dari Pusat Penelitian Virus Unversitas Glasgow, membuat prediksi awal penularan virus corona. Hasilnya, jumlah orang yang terinfeksi di Wuhan akan mencapai 191.529 individu per 4 Februari 2020.
Hasil prediksi yang dimuat di laman distribusi dan pengarsipan data medis gratis, Medrxiv.com, juga menulis jika upaya menutup transportasi udara hingga 99 persen di Wuhan, hanya akan menunda penyebaran virus di luar China, hingga 24,9 persen, namun tidak menghentikan penyebaran.
Penelitian menyarankan tindakan pengendalian untuk menghentikan penyebaran dengan tingkat infeksi antara 3,6 hingga 4 hari itu.
Pada dokumen penelitiannya, Read menyebut hasil penellitian yang menggunakan metode hitung matematika, bertumpu pada data kasus yang dilaporkan secara resmi di Wuhan dan sejumlah negara lain yang terjangkit, sejak 1 Januari hingga 21 Januari 2020.
Temuannya mendapati jika per 21 Januari, hanya 5,1 persen individu yang bisa terdeteksi terpapar virus, atau sebanyak 3.493 orang. Hal ini karena virus merupakan jenis baru, sulit terdeteksi, dan membutuhkan masa inkubasi antara 3,6 hingga 4 hari.
Ia juga memperkirakan, terdapat total 11.341 orang yang terpapar virus di Wuhan, sejak awal Januari hingga 21 Januari 2020.
Menggunakan rumus interval, Read juga memprediksi jumlah individu terinfeksi di Wuhan pada 4 Februari nanti akan mencapai 191.529 orang. Mereka umumnya memiliki gejala demam, batuk ringan, dan nafas pendek. Selain itu, gejala lain yang lebih berat seperti pneumonia, sindroma pernafasan akut dan kegagalan ginjal juga ditemukan. Sejumlah pasien dengan kondisi tertentu juga dilaporkan meninggal, dengan sebagian besar orang tua dan anak-anak.
Virus juga akan menginfeksi penduduk di kota lain seperti Shanghai, Beijing, Guangzou, dan Chongqing. Kasus juga akan ditemukan di negara lain seperti Thailand, Jepang, Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Australia, dan Vietnam.
Prediksi penyebaran ini didapat dengan menggunakan data penumpang milik bank data OAG Traffic Analyser, tahun 2017.
Ia juga menyebut jika perkiraan penyebaran didapat dengan mengabaikan upaya intervensi apa pun untuk mengontrol dan menghentikan penyebaran virus. Sehingga datanya tak bisa digunakan untuk memprediksi jumlah korban, jika melibatkan tindakan intervensi.
Sementara, tentang prediksi penyebaran jika dilakukan penutupan akses transportasi, penelitian juga hanya fokus pada transportasi udara, tanpa memperhitungkan berbagai akses transportasi darat.