Kemarin, Sesar Ancam Borobudur hingga Politisasi Banjir Jakarta
Beragam peristiwa mewarnai pemberitaan Ngopibareng.id sepanjang Selasa, 25 Februari 2020. Dua di antaranya sesar atau patahan bumi mengancam Candi Borobudur serta politisasi banjir Jakarta.
Ancaman Borobudur
Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur dan pembangunan lainnya di Jawa Tengah harus mengacu pada peta kegempaan. Hal itu mengingat wilayah Jawa Tengah dilintasi sejumlah sesar aktif.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan sudah ada peta yang disiapkan dan memuat informasi beberapa titik sesar aktif di wilayah Jawa Tengah.
Di kawasan Candi Borobudur, salah satu titik sesar yang patut diwaspadai yakni di Merapi - Merbabu.
"Kalau kita ingin membangun KSPN di sekitar Borobudur maka ini (peta kegempaan) harus jadi acuan. Presiden sudah perintahkan, ilmuwan sudah perintahkan, gambar sudah diberikan," kata Ganjar seusai memberikan pengarahan dalam Workshop Penerapan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 dan SNI Bidang Bahan, Struktur dan Konstruksi Bangunan pada Perencanaan Struktur Gedung (Bangunan Tahan Gempa) di Hotel Santika, Semarang, Senin, 24 Februari 2020.
Ganjar menambahkan, masyarakat di kawasan Jawa Tengah bagian utara juga perlu mewaspadai potensi gempa. Ini karena beberapa titik gempa tersebar mulai dari kawasan Baribis Kendeng di Brebes dan Pemalang, dengan potensi rata-rata pergeseran 4,5 mm per tahun, hingga ke kawasan Muria dan Pati, termasuk Semarang, Ungaran, Demak dan Purwodadi.
Titik sesar aktif juga terdapat di Rawa Pening, Opak-pak dan Tegal-Ajibarang.
Khusus kawasan Jawa Tengah bagian utara dan pantai utara Jawa (Pantura) potensi kebencanaan bertambah dengan adanya ancaman banjir dan land subsidence (penurunan muka tanah).
"Maka forum hari ini bagus. Kami senang didatangi para pakar hari ini. Kami harap semua melek bahwa kita hidup di daerah-daerah bahaya. Mikrozonasi yang diberikan boleh BMKG sudah ada sehingga semuanya nanti bisa diberikan kepada publik yang membangun," katanya.
Berdasarkan penelitian mahasiswa Geofisika Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 3-7 Juni 2018, sebagaimana dilansir dari laman resmi UGM, kawasan Candi Borobudur terletak pada zona rawan gempa tektonik yang diakibatkan oleh subduksi lempeng Samudera Indo-Australia terhadap lempeng Benua Eurasia yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa.
Di sekitar Candi Borobudur pula terdapat Sesar Progo yang merupakan sesar aktif. Sesar ini diperkirakan sepanjang 35 kilometer dan dapat menimbulkan gempa berkekuatan 6,9 magnitudo.
Berdasarkan catatan sejarah, Candi Borobudur telah beberapa kali diguncang gempa bumi yang mengakibatkan runtuhnya beberapa bagian candi.
Adapun berdasarkan Katalog Gempa Bumi Merusak yang dirilis Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kawasan Magelang beberapa kali tercatat diguncang gempa.
Salah satu yang terkuat terjadi pada 25 Januari 2014 dengan kekuatan hingga 6,5 magnitudo. Pusat gempa bumi berada 119 kilometer dari Cilacap.
Gempa berkekuatan 5,6 magnitudo juga pernah terjadi pada 14 Februari 1976. Pusat gempa berada di Purwokerto namun getarannya terasa hingga Magelang, Ajibarang, Kedung Banteng, Tegal, Brebes, Pekalongan dan Semarang.
Gempa terjadi di kawasan Kedu dan Magelang pada 21 Februari 1877. Namun tidak diketahui berapa kekuatan getaran gempa.
Politisasi Banjir Jakarta
Tokoh dan Budayawan Betawi Ridwan Saidi pasang badan untuk Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Ia menyebut lawan politik Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub yang lalu masih sakit hati, dan berusaha melengserkan Anies Baswedan dengan bermacam cara. Salah satunya dengan isu banjir Jakarta.
Anies dianggap biang keroknya banjir di Jakarta. Meskipun banjir terjadi di Bekasi, Depok dan Tangerang, Anies tetap disalahkan. "Apakah waktu gubernur sebelumnya, termasuk Pak Jokowi dan pewarisnya Ahok, apakah Jakarta tidak banjir," tanya Ridwan Saidi, di Jakarta, Selasa 25 Februari 2020.
Ia juga mempertanyakan saat kawasan Jl Thamrin hingga Istana Merdeka kebanjiran beberapa tahun lalu. "Waktu itu gubernurnya siapa? Tapi gubernurnya kok tidak dilengserkan," tanya Ridwan.
Budayawan Betawi yang biasa dipanggil Babe ini menuding Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sengaja mendompleng di atas penderitaan masyarakat Jakarta yang sedang kebanjiran untuk mencari popularitas dan pencitraan. Karena Pemilu yang lalu pemilihnya sedikit sehingga tidak bisa masuk ke Senayan.
"Saya tahu PSI pendukung Ahok, dan selalu mencari kesalahan Anies, kan tidak begitu cara berdemokrasi dan ber-Pancasila itu," kata Babe.