Kemarin, PSBB Surabaya Diperpanjang? dan Masjid Langgar Tarawih
Kemarin, PSBB Surabaya akan Diperpanjang dan Banyak Masjid Langgar Tarawih
Beragam peristiwa dari Jawa Timur kemarin, Jumat, 8 Mei 2020. Dua peristiwa di antaranya Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair rekomendasikan perpanjang PSBB Surabaya serta masih banyak masjid yang melanggar aturan PSBB.
Unair Rekomendasikan Perpanjang PSBB
Ketua Tim Advokasi PSBB dan Survailans Covid-19 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, dr. Windhu Purnomo merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, untuk memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga 28 hari.
Alasannya, berdasarkan kajian yang ia lakukan dan menilik dari beberapa jurnal internasional mengenai Covid-19, sebagian pasien yang terjangkit Covid-19 memiliki masa penularan lebih dari 14 hari. Selama 14 hari hanyalah masa inkubasi pasien dan masa evaluasi keberhasilan PSBB.
Ia mengatakan, sesuai data yang ia teliti dan merujuk pada perjalanan ilmiah virus Covid-19 ini, baik di Indonesia maupun di luar negeri, banyak sekali orang-orang yang tertular Covid-19 namun tidak terlihat, alias Orang Tanpa Gejala (OTG).
Whindu mengibaratkan kasus Covid-19 ini seperti gunung es. Orang yang berhasil dideteksi melalui test PCR itu hanya puncaknya saja, tapi di masyarakat yang tertular bisa lebih banyak lagi.
"Masyarakat yang tertular itu seperti apa, di populasi yang tertular bagaimana, kita tidak bisa tahu. Bahkan itu 30 persen orang positif Covid-19 itu tanpa gejala. Kalau tidak ditest tidak tahu. Masa infeksius mereka ini atau masa dia menulari orang lain itu bisa sampai 14 Hari. Itu bagi yang tanpa gejala ini," kata Whindu, Jumat 8 Mei 2020 di Gedung Negara Grahadi.
Sementara itu, 55 persen pasien Covid-19 lainnya yang punya gejala ringan, masa infeksiusnya bisa sampai 21 hari. Sebanyak 10 persen selanjutnya pasien yang mempunyai gejala berat sampai parah masa infeksiusnya bisa sampai 25 hari. Apalagi 5 persen lainnya yang kondisinya kritis dan diakhiri dengan meninggal dunia, masa infeksiusnya juga 25 hari.
Ia ingin, para pihak utamanya Pemprov Jatim tidak hanya melihat kurva atau angka selama PSBB 14 hari. Menurutnya, kurva di Surabaya Raya ini belum sepenuhnya stabil. Apalagi masih banyak cluster-cluster yang belum keluar hasil swab PCR-nya.
"Sebetulnya prosesnya ini belum selesai. Maka orang-orang ini tuh bisa menulari yang lain. Terlebih, 55 persen ke atas itu masa infeksinya bisa sampai 25 hari. Hampir sebulan. Jadi kita jangan melihat apapun kurvanya. Kurva tak stabil, masih naik turun," katanya.
Ia takut, jika PSBB di Surabaya Raya hanya dihentikan di 14 hari ini. Maka akan timbul gelombang penularan baru, utamanya dari warga yang saat ini tidak memiliki tanda atau gejala klinis tertentu.
"Orang-orang itu sangat menular. Jadi kalau misalnya PSBB diputus hanya 14 Hari apapun kurvanya ya itu, akan bisa ada infeksi penularan kedua atau gelombang kedua. Itu yang kita takutkan. Jadi ini usulan kami, diperpanjang ditambah 14 hari lagi. Kenapa? Supaya jangan sampai terjadi gelombang penularan kedua," katanya.
Windhu mengungkapkan, Khofifah harus melihat 14 hari awal PSBB sebagai masa evaluasi atau milestone saja. Khofifah harus jeli mengevaluasi bagaimana hasil 14 Hari yang pertama ini. Apakah sudah bagus atau belum.
Jika dirasa belum bagus, maka sebaiknya PSBB Surabaya Raya diperpanjang hingga 28 hari. Sehingga bisa menyelesaikan infeksius atau masa penularan pasien yang sudah terjangkit.
"Ternyata memang belum bagus ya, apapun kurvanya, Hendaknya PSBB dilengkapi sampai 28 hari. Ini menyangkut tentang masa infeksius dari virus Corona dan juga mereka yang terinfeksi virus ini. Jadi penjelasan dari kami ini, dari perspektif epidemiologis," pungkasnya.
Banyak Masjid Langgar PSBB
Kasus covid-19 di Jawa Timur yang tak kunjung berkurang, membuat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa gusar. Ia pun ajak berbagai unsur masyarakat untuk ikut mengedukasi warga soal bahaya virus Corona. Salah satunya adalah para mubaligh.
Apalagi, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya, masih ada 260 masjid di Surabaya yang masih menyelenggarakan salat tarawih. Padahal sesuai dengan Perwali Surabaya soal PSBB, kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak orang untuk sementara dibatasi.
Khofifah mengatakan, peran mubaligh ini adalah hal ini penting. Mengingat masih banyak masyarakat yang nekat untuk beribadah di masjid, tanpa mengindahkan protokol kesehatan, yakni phisycal distancing.
Padahal, Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan maklumat untuk beribadah di rumah selama pandemi. Tidak usah beribadah di masjid.
"Saya harap, ada peran besar dari para mubaligh, ustadz, maupun tokoh-tokoh agama di Jatim. Kalau bisa aktif turut membantu pemerintah mensosialisasikan tentang bahaya Covid-19 kepada masyarakat luas. Ternasuk cara pencegahannya," kata Khofifah saat menerima silaturrahim Badan Koordinasi Mubaligh Seluruh Indonesia (Bakomubin) Jawa Timur.
Khofifah mengatakan, peran mubaligh sangat strategis bersama-sama pemerintah menghadapi pandemi ini. Oleh karena itu, mubaligh diharapkan mampu memberi penjelasan secara ilmiah dan pencerahan, serta perspektif positif kepada masyarakat luas bagaimana cara menghadapi wabah. Utamanya, dalam sudut pandang agama Islam.
Dengan begitu, masyarakat bisa lebih bijak dalam bersikap, karena memiliki pemahaman yang utuh. Baik secara ilmiah maupun spiritual. Cara ini, diharapkan juga efektif dalam menangkal hoax yang membuat kegaduhan di masyarakat.
"Islam menjabarkan secara detil bagaimana sikap seorang muslim, saat berhadapan dengan wabah penyakit. Nah, para mubaligh bisa menambahkan pesan tentang protokol kesehatan. Seperti harus memakai masker, penerapan physical distancing, jangan dulu mudik, dan lain sebagainya," katanya.
Ia berharap, persoalan pandemi Covid-19 ini tidak dianggap sepele oleh masyarakat. Protokol kesehatan harus secara ketat dan disiplin diterapkan oleh warga, guna mencegah munculnya cluster dan episentrum baru penyebaran Covid-19 di Jawa Timur. Sesuai data yang dimiliki Pemprov Jatim, saat ini kota Surabaya menjadi episentrum penyebaran Covid-19 di Jatim dengan 592 kasus.
Terlebih, menurut data dari Pemerintah Kota Surabaya. Masih ada sekitar 260-an masjid di Kota Surabaya yang masih menyelenggarakan salat Jumat dan salat tarawih berjemaah.
"Persoalan Covid-19 ini tidak mudah, tidak sesederhana yang dipikirkan. Merawat pasien Covid-19 saja itu sangat ribet. Karena harus memakai APD. Bahkan banyak ambulan dari rumah sakit yang tak boleh digunakan, jika untuk merujuk pasien positif covid-19. Untuk mengangkut jenazah Covid-19 saja juga tak boleh. Jadi ini memang ribet," katanya.
Sementara itu, Ketua Majelis Syuro Bakomubin KH. Iswadi Idris menyampaikan, pihaknya mendukung secara penuh perintah dari Khofifah. Selain itu, pihak Bakomubin akan membantu program dan peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur maupun pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Jadi sekarang kami akan sepenuhnya membantu apa yang kami bisa. kemarin saya rapat dengan sekitar 100 muballigh, kami menyatakan sangat mendukung peraturan Gubernur dan protokol-protokol kesehatan. Kami akan mendukung lahir batin termasuk menyerukan kepada para jemaah," tegasnya.
Advertisement