Kemarin, Maklumat Corona Mabes Polri hingga Kisah Dokter Corona
Peristiwa mewabahnya virus Corona masih menghiasi pemberitaan Ngopibareng.id sepanjang Sabtu, 21 Maret 2020. Dua berita di antaranya adalah maklumat yang dikeluarkan Mabes Polri serta cerita mengharukan seorang Dokter Corona yang terpaksa tidak menemui keluarga dalam beberapa hari.
Maklumat Polri
Markas Besar Polri menerbitkan maklumat berisi larangan bagi masyarakat melakukan kegiatan yang melibatkan banyak orang. Maklumat yang ditandatangani langsung Kapolri Jenderal Idham Azis ini berisi beberapa poin.
Selain melarang, maklumat ini juga berisi ancaman tindakan tegas bagi siapapun yang melanggarnya. Ada beberapa jenis kegiatan yang akan ditindak tegas. Di antaranya, pertemuan sosial, budaya, keagamaan dan aliran kepercayaan dalam bentuk seminar, lokakarya, sarasehan dan kegiatan lain yang sejenis.
Tak hanya itu, tindakan tegas juga berlaku kepada pihak yang menyelenggarakan konser musik, pekan raya, festival, bazar, pasar malam, pameran hingga resepsi keluarga.
Kegiatan olahraga dan kesenian pun termasuk dan kegiatan jasa hiburan. Diikuti unjuk rasa, pawai dan karnaval.
Bagi yang melanggar maka personel kepolisian di daerah wajib melakukan tindakan. Namun, ada pengecualian bagi kegiatan tertentu.
"Apabila dalam keadaan mendesak dan tidak dapat dihindari, kegiatan yang melibatkan banyak orang dilaksanakan dengan tetap menjaga jarak dan wajib mengikuti prosedur pemerintah terkait pencegahan penyebaran Covid-19," tutur Idham dalam maklumat.
Kisah Dokter Corona
Merebaknya virus corona di Indonesia, salah satunya di Surabaya betul-betul membuat tim dokter yang berada di garda terdepan untuk penanganan bekerja ekstra keras. Sampai ada yang rela tidak pulang ke rumah untuk kumpul bersama keluarga.
Salah satunya adalah Sekretaris Satgas Corona Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), dr Alfian Nur Rosyid. Dia sudah empat hari tidak pulang ke rumah.
Raut wajahnya tampak tenang selepas salat Jumat di Masjid Unair kampus C. Seakan tak ada beban yang dia pikul padahal banyak tugas berat untuk menyelamatkan nyawa pasien positif corona.
Pria kelahiran Surabaya 38 itu tak hanya siaga di poli khusus corona di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Unair saja. Pria 38 tahun ini terkadang harus naik ke ruang isolasi untuk turut memeriksa langsung keadaan dua pasien yang dinyatakan positif, dan dua pasien yang masih dalam pemantauan.
Di lantai satu RSKI juga tampak begitu banyak masyarakat yang atas inisiatifnya sendiri datang langsung untuk memeriksakan diri. Namun, hal itu tak membuatnya sama sekali takut untuk bekerja.
“Insya Allah tak ada ketakutan, kalau awarea iya,” ungkap Alfian kepada Ngopibareng.id.
Dia selalu menjaga diri dengan baik agar tidak ikut terpapar virus corona. Caranya, menggunakan alat pelindung diri, kemudian menjaga pola hidup bersih dan sehat, termasuk mengkonsumsi makanan bernutrisi dan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.
Selain itu, lanjut Alfian, timnya telah membuat sistem kalau ada rekan yang menampakkan adanya gejala langsung dilakukan tindakan dengan melakukan pemeriksaan hingga dinyatakan betul-betul aman.
Alfian sendiri telah melakukan tes virus corona, dan hasilnya negatif. Meski demikian, Alfian tetap tak berani pulang untuk tinggal bersama istrinya yang kini tinggal di rumah mertuanya. Alfian pilih tinggal sendirian di rumahnya.
“Ya ingin memimalisir saja. Saya sudah cek hasil saya negatif, tapi kan ndak tahu kita kan saat ini masih berjuang terus di zona wabah. Mana tau saya lengah ketemu pasien positif lengah sedikit wawancara orang yang positif menggebu-gebu,” ungkapnya.
Untuk mengobati rasa kangennya dengan kedua anaknya, Alfian setiap pagi menyempatkan diri untuk melakukan video call. “Anak-anak selalu tanya kapan pulang,” ungkapnya dengan tawa.
Alfian belum bisa memastikan kapan dia akan pulang, karena kondisi Surabaya yang makin parah karena telah ditetapkan menjadi zona merah penyebaran virus Covid-19.
Advertisement