Kemarin, Keganasan Cluster Sampoerna dan Pemkot Ogah Salah
Beragam peristiwa mewarnai pemberitaan Ngopibareng.id sepanjang Sabtu, 2 Mei 2020. Dua peristiwa di antaranya adalah keganasan penyebaran virus Corona Cluster Sampoerna dan Pemkot Surabaya ogah disalahkan Gubernur.
Cluster Ganas Sampoerna
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur dr. Joni Wahyuhadi menyebut cluster pabrik rokok PT H.M. Sampoerna yang awalnya hanya terdeteksi dua orang pekerjanya yang positif, maka berdasarkan test swab terbaru, ada 34 pekerja yang juga positif. Konfirmasi positif tersebut keluar setelah Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, melakukan test swab PCR terhadap 46 orang karyawan Sampoerna pada Kamis 30 April 2020. Dokter Joni Wahyuhadi mengatakan, pemeriksaan swab PCR oleh timnya dilakukan secara bergelombang terhadap sekitar 100 karyawan. Test itu dilakukan kepada buruh yang hasil hasil rapid testnya positif yang berjumlah 100 orang tadi. Test swab juga dilakukan bergelombang karena harus menyesuaikan dengan fasilitas yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya. "Jadi kemarin kami sudah lakukan test PCR gelombang pertama untuk 46 orang. Tapi kami tidak sampaikan kepada media. Nah, hasilnya 34 orang ini positif. Sangat mengejutkan sekali," kata Joni. Fenomena ini sangat mengejutkan. Bahkan Joni menyebut jika ini adalah kali pertama dia melihat lebih dari 50 persen positif rapid test tapi juga positif setelah dilakukan uji PCR. Padahal biasanya, meski diuji dengan rapid test positif, namun setelah dilakukan uji ulang dengan menggunakan PCR, hasilnya hanya 10 persennya yang benar-benar positif. Sedangkan sisanya adalah positif palsu. Ia mengingatkan, dengan hasil tinggi ini menandakan bahwa virus Covid-19 sangat berbahaya dan infeksinya sangat cepat. "Ini hasil yang mengejutkan sekali. Biasanya kan dari hasil rapid test itu kan cuma 10 persen yang positif waktu kami PCR. Nah, ini cukup besar lebih dari 60 persen. Bayangkan kalau misal dari keseluruhan karyawan ditest, lalu hasilnya 50 persennya positif? Itu bisa langsung full sebuah rumah sakit," katanya. Ia mengatakan, saat ini ada 91 karyawan Sampoerna yang sedang diisolasi di sebuah hotel di Kota Surabaya. Tujuannya untuk isolasi dan untuk observasi kesehatan. Sehingga jika pasien tersebut mempunyai gejala klinis, bisa langsung ditangani. "Makanya saya kirim perawat ke sana, untuk memantau kalau misal ada masalah kesehatannya pasien. Jadi perawat itu bisa langsung telepon saya atau dr. Pesta Parulian sebagai koordinator RSUD Dr. Soetomo. Atau bahkan bisa langsung dikirim ke RSJ Menur," katanya. Menurut Joni, di pabrik Sampoerna saja dari dua orang yang positif, sekarang bisa menularkan ke lebih dari 30 orang. Ia tak membayangkan jika di tempat-tempat lain, seperti pasar dan perkantoran, lalu ada yang posiitf 1 orang, pasti langsung banyak yang tertular. "Jadi tolong ditaati semua aturan ini. Biar tidak banyak yang tertular," katanya.
Pemkot Surabaya Ogah Salah
Kasus penyebaran covid-19 di pabrik rokok PT. Sampoerna di Jalan Kalirungkut Surabaya, berbuntut panjang. Pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyangkal tuduhan Pemprov, perihal lambannya penanganan pasien Covid-19. Koordinator Protokol Komunikasi, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M. Fikser mengatakan bahwa pernyataan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, mengenai terlambatnya penanganan pada klaster PT. Sampoerna, sepenuhnya salah.
“Kami Pemkot (Surabaya) dalam hal penanganann Covid-19 selalu serius dan cepat dengan semua informasi yang berkembang. Kami tahu ini penyebaran yang terus meningkat, apa pun informasi kita turun dan mengecek,” kata Fikser, saat berada di ruang Sekertaris Daerah, Sabtu, 2 Mei 2020. Fikser pun menceritakan, Pemkot Surabaya sudah mengetahui bahwa ada salah satu karyawan PT Sampoerna mengalami gejala covid-19, pada Kamis, 2 April 2020, lalu. Saat itu yang bersangkutan tengah melakukan pemeriksaan di klinik perusahaan itu sendiri. “Lalu pada tanggal 9 April 2020, dirujuk ke rumah sakit daerah Darmo. Terus tanggal 13 April kemarin, melakukan pemeriksaan tes Swab di RS yang berbeda, baru tanggal 15 April, Pemkot setiap hari melakukan tracing,” jelas Fikser. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Surabaya, itu juga membantah adanya laporan pada tanggal 14 April 2020. Ia menyebut, Pemkot Surabaya yang berinisiatif memanggil PT. Sampoerna. “Kita bisa membantah apa yang disampaikan Gubernur, bahwa tanggal 14 ada laporan (dari PT. Sampoerna) itu keliru. Bukan perusahaan yang lapor kita, tapi kita yang memanggil dan menemukan, serta bukan tanggal 14 tapi tanggal 16 April,” ungkap Fikser. Fikser mengklaim, Gugus Tugas Penangangan Covid-19 Surabaya, tak pernah terlambat dalam menangani kasus pandemi ini. Ia pun menyebut, para petugas kerap kali mengkonfirmasi sendiri ke RS yang bersangkutan. “Contoh dari 48 jiwa terkonfirmasi itu 30 orang adalah dari Sampoerna, dari Sampoerna itu kita olah lagi ada 2 yang meninggal. Sehingga kita tahu betul setiap data yang diterima pusat kita konfirmasi, kita tracing ulang, apakah ada yang rawat inap atau rawat jalan, hingga meninggal atau sembuh,” tutup Fikser.