Kemarin, Evaluasi PSBB Surabaya dan Positif Corona Santri Temboro
Beragam peristiwa pandemi Corona di Jawa Timur masih mewarnai pemberitaan Ngopibareng.id sepanjang Kamis, 7 Mei 2020 kemarin. Dua peristiwa di antaranya adalah evaluasi PSBB menunjukkan peningkatan drastif positif Corona di Surabaya serta penambahan positif covid-19 Santri Temboro.
Evaluasi PSBB, Corona Surabaya Meningkat
Penyebaran virus corona atau covid-19 di tiga daerah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yakni Surabaya, Sidoarjo dan sebagian wilayah Gresik masih terus terjadi. Bahkan, Surabaya naik tajam.
Dari data, persebaran virus corona di Surabaya ada 592 kasus positif, 1.461 pasien dalam pengawasan (PDP) dan 2.881 orang dalam pemantauan (ODP). Sementara, di Sidoarjo saat ini ada 152 kasus positif, 214 PDP dan 832 ODP dan di Gresik ada 37 kasus positif, 158 PDP dan 1.135 ODP.
Sejak awal penerapan PSBB tanggal 28 April 2020 hingga 7 Mei 2020, kasus konfirmasi Surabaya ada sebanyak 218, di Sidoarjo ada 72 dan di Gresik ada 17.
"Epidemologi PSBB Jatim sampai saat ini, saya kira masih perlu perhatian ke depannya. Khususnya physical distancing, menggunakan masker, menerapkan PHBS (pola hidup bersih dan sehat), kemudian memakai APD, karena sampai saat ini angka penularan masih cukup tinggi. Infeksi virus khususnya Surabaya masih sangat menular,” kata Koordinator Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, Dr Joni Wahyuhadi, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis 7 Mei 2020 malam.
Namun dari data yang ada, Direktur RSU dr Soetomo itu mengaku, cukup senang karena mulai ada dampak yang cukup baik walau tak signifikan di Sidoarjo dan Gresik. Khususnya untuk data PDP dan ODP.
Tercatat PDP di Surabaya masih naik. Per hari ini ada tambahan 107 kasus dari sebelumnya 32 kasus. Di Sidoarjo hari ini 6 kasus dari sebelumnya 3 kasus, sedangkan Gresik stabil tambah 2 kasus.
Sedangkan, angka ODP di seluruhnya turun, jika dilihat dari grafik yang ada. Surabaya kenaikan tertinggi pada 1 Mei dengan 102 kasus kini terjadi penambahan 55, di Sidoarjo ada penambahan 24 atau turun dibanding kemarin, sedangkan Gresik naik 3.
“Kalau melihat data-data pasien yang ada kita evaluasi dari minggu sebelum dan sesudah penerapan PSBB, kita lihat data lebih detil tidak jelek-jelek amat. Kita lihat dua daerah turun. Jadi, kalau dikatakan tidak membawa hasil itu juga tidak, karena Gresik dan Sidoarjo turun dan flat. Artinya ada hasil,” kata Joni.
Hanya saja, berdasar aturan penilaian keberhasilan PSBB masih harus ditambah dengan angka kematian perharinya yang di bawah 5 persen. Saat ini angka kematian masih terus naik, di Surabaya naik menjadi 69 dari jumlah kemarin 64, Sidoarjo stabil 32 dan Gresik stabil 10 angka kematian dari hari kemarin.
Joni meminta agar masyarakat lebih peduli dan mau untuk menerapkan imbauan berupa menggunakan masker, melakukan physical distancing, kemudian menerapkan PHBS untuk menekan angka peningkatan kasus.
Sebab, saat ini kasus positif belum mencapai puncak. Prediksi puncaknya akan terjadi di bulan Juni bahkan mundur dengan catatan warga memang tidak disiplin.
Positif Covid Santri Temboro
Satu lagi santri Al Fatah, Temboro, Magetan terpapar Covid-19 setelah pulang ke Desa Sentul, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. Sebelumnya santri dari pesantren yang sama asal Desa Tukul, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo juga positif Covid-19.
“Santri Temboro asal Desa Sentul ini berjenis kelamin laki-laki, usianya 16 tahun,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Probolinggo, dokter Anang Budi Yoelijanto, Kamis malam, 7 Mei 2020.
Meski positif Covid, kondisi remaja asal Sentul ini terlihat sehat alias tanpa gejala seperti, batuk, pilek, demam, atau sesak napas. Yang jelas, kata Anang, santri tersebut baru datang dari Pesantren Temboro, beberapa hari lalu.
“Begitu hasil swab menunjukkan yang bersangkutan positif covid-19, santri tersebut kami bawa ke rumah pengawasan untuk diisolasi,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo itu.
Dengan tambahan satu santri ini, jumlah pasien positif covid-19 di Kabupaten Probolinggo menjadi sebanyak 23 orang. Sementara sebanyak 433 termasuk orang dalam pemantauan (ODP), yang terinci, 102 dipantau, 327 selesai dipantau, dan 4 meninggal.
Selain itu terdapat 50 pasien dalam pengawasan (PDP). Terinci, diawasi 16, selesai diawasai 17, dan meninggal 17.
Mendekati Idul Fitri, diperkirakan warga Probolinggo yang mudik semakin meningkat. “Faktanya masih ada warga Probolinggo yang mudik. Kalau bisa usahakan jangan mudik dulu karena rentan di saat pandemi covid-19,” kata Anang.
Mereka yang berdatangan ke Probolinggo ini, kata Anang, mungkin bukan pemudik. Mereka warga Probolinggo yang bekerja di luar kota kemudian pulang kampung. “Karena tidak ada pekerjaan di luar daerah, mereka pulang ke kampung di Probolinggo,” ujarnya.
Yang juga menjadi perhatian Satgas Covid-19 adalah para pekerja migran di luar negeri. Biasanya menjelang Lebaran, mereka juga pulang ke Probolinggo.
“Di luar negeri mungkin kontrak kerjanya tidak diperpanjang, kalau mereka pulang ke Probolinggo, ya susah untuk ditolak,” kata mantan Direktur RSUD Waluyo Jati, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo itu.
Perusahaan-perusahaan dengan banyak tenaga kerja di zona merah juga menjadi fokus Satgas Covid-19. Hal itu mengaca pada klaster Sampoerna di Surabaya, yang pekerjanya banyak terpapar covid-19.
“Kami menyarankan, perusahaan dengan banyak pekerja di zona merah agar melakukan rapid test massal pekerjanya,” kata Anang.
Hanya saja mereka diminta mandiri menyediakan alat rapid test sesuai kemampuan perusahaan. Sementara Satgas Covid-19 hanya bersifat mendampingi jika rapid test digelar di perusahaan itu.