Kemarin, AS Bunuh Jenderal Garda Revolusi Iran dan Konflik Natuna
Serangan udara Amerika Serikat menewaskan pimpinan Pasukan Garda Revolusi Quds Iran, Qassem Soleimani menjadi salah satu peristiwa internasional terhangat, Jumat, 3 Januari 2020. Selain itu, klaim atas perairan Natuna yang dilakukan China direspon Indonesia dengan menerjunkan kapal perang.
Jenderal Garda Revolusi Iran Tewas
Pentagon membenarkan serangan roket Amerika Serikat di Baghdad, Irak, pada Jumat 3 Januari 2019 pagi menewaskan pimpinan Pasukan Garda Revolusi Quds Iran, Qassem Soleimani. Menurut Pentagon, Soleimani merencanakan serangan terhadap AS di Irak dan Timur Tengah.
"Berdasarkan arahan Presiden, militer AS mengambil langkah pertahanan yang tegas untuk melindungi personel AS di luar sana dengan membunuh Qassem Soleimani," tulis Pentagon dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Antaranews.com, Jumat, 3 Januari 2020.
Dalam keterangan itu juga tertulis, "Serangan ini ditujukan untuk menghalangi rencana serangan oleh Iran pada masa depan," serta ditekankan bahwa AS akan terus mengambil sikap yang diperlukan untuk melindungi warga dan kepentingannya di seluruh dunia.
Pentagon mengatakan bahwa Soleimani mendalangi serangan-serangan di Irak pada beberapa bulan belakangan serta menyetujui "serangan" berupa aksi unjuk rasa di Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak, awal pekan ini.
Sebelum serangan dilancarkan, Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Kamis, 2 Januari 2020 menyatakan ada indikasi bahwa Iran atau pasukan milisi yang didukungnya mungkin merencanakan serangan tambahan.
Esper juga memperingkatkan bahwa "permainan telah berubah" dan AS kemungkinan harus mengambil langkah pencegahan untuk melindungi nyawa para warga AS.
Seorang pejabat AS yang berbicara secara anonim menyebut bahwa komandan milisi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, juga diyakini ikut tewas dalam serangan yang sama, berdasarkan informasi awal yang ia terima, meskipun al-Mahandis bukan merupakan sasaran utama.
KRI Siaga di Natuna
Menyusul pelanggaran yang dilakukan kapal-kapal China, Kapal Republik Indonesia (KRI) disiapkan dalam posisi siaga tempur pengamanan Laut Natuna, Kepri. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga kedaulatan negara.
"Ada dua KRI kita kerahkan dan ditambah jadi tiga menyusul besok, ini kita lakukan karena ada pelanggaran kedaulatan di Laut Natuna," kata Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya (Laksdya) TNI Yudo Margono saat memberikan pengarahan kepada para prajurit di Paslabuh, Selat Lampa, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Jumat 3 Januari 2019.
Ia mengatakan, dalam pengawasan di wilayah itu dideteksi sebanyak 30 kapal ikan asing yang beroperasi di wilayah kedaulatan NKRI dengan dikawal oleh tiga kapal Coast Guard milik Tiongkok.
"Melalui udara tadi pagi kita telah pantau, ada 30 kapal ikan asing dengan dikawal 3 kapal pengawas mereka, dan mereka sengaja menghidupkan AIS mereka, ini ada apa?" tanya Yudo seperti dikutip dari Antaranews.
KRI Teuku Umar dan KRI Tjiptadi diberangkatkan ke lokasi perairan tersebut. "Operasi ini kita melibatkan semua unsur, baik darat, laut dan udara," ujarnya menegaskan.
Dalam menjalankan operasi, ia mengingatkan kepada prajurit untuk tidak terpancing. Prajurit diminta untuk mengutamakan cara persuasif agar 30 kapal pencari ikan dan 3 kapal Coast Guard China keluar dari laut Natuna.
Advertisement