Kemarau, Ratusan Telaga di Yogyakarta Mengering
Kemarau berdampak pada mengeringnya 344 telaga atau embung di wilayah Gunung Kidul, Derah Istimewa Yogyakarta. Total terdapat 359 telaga di wilayah Gunung Kidul. Pemerintah memperingatkan kemarau ekstrem berpotensi terjadi di Pulau Jawa hingga September.
Embung Mengering
Kepala Bidang Sumber Daya Air DPUPRKP Gunung Kidul, Handoko menyebut 344 telaga mengering akibat kemarau, serta pendangkalan akibat sedimentasi. Dari 15 telaga yang masih memiliki air, debitnya juga sudah berkurang sekitar 50 persen, per 1 September 2023.
Dilansir dari Detik, DPUPRKP Gunung Kidul melakukan sejumlah upaya untuk memperbaiki fungsi telaga.
Seperti penambalan telaga yang bocor, serta pengerukan sedimen yang melibatkan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak.
Kemarau Sejak Agustus
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya menyebut jika kemarau mulai muncul dengan kehadiran El Nino pada Juli 2023 lalu.
Kepala Pusat Informasi BMKG A. Fachri Rajab, dilansir dari laman BMKG, memprakirakan puncak kemarau akan berlangsung pada Agustus hingga September.
Monitoring pada pertengahan Juli, terdapat 63 persen zona musim di Indonesia telah memasuki musim kering. BMKG pun memprediksi musim kemarau kali ini akan lebih kering dibanding tahun lalu.
Sejumlah wilayah seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung, kemudian Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara diprediksi memiliki curah hujan paling rendah dan berpotensi mengalami musim kering yang ekstrem.
Juga termasuk seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
"Prakiraan curah hujan bulanan BMKG menunjukkan bahwa sebagai besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan bulanan kategori rendah bahkan sebagian lainnya akan mengalami kondisi tanpa hujan sama sekali hingga Oktober nanti," katanya.