Kemarau dan Ketahanan Pangan, Indonesia Butuh 300 Bendungan
Indonesia butuh 300 bendungan baru untuk mengantisipasi bencana alam seperti krisis air dampak perubahan iklim. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebut data dibuat sebagai hasil perhitungan batas aman menghadapi krisis air seperti yang terjadi saat ini.
Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja menyebut pihaknya membangun 60 bendungan dalam 10 tahun terakhir. Tujuannya untuk mencapai 100 persen ketahanan air. ""Semakin banyak bendungan yang dimiliki, semakin baik kemampuan negara untuk menyimpan air dan menggunakannya untuk menyiram lahan pertanian pada musim kemarau,” katanya dikutip dari Antara.
Sehingga, kondisi El-Nino yang membawa kekeringan lebih panjang dan ekstrem, menurutnya bisa diantisipasi dengan lebih baik bila Indonesia memiliki banyak bendungan. Dampaknya akan terasa pada ketahanan pangan terutama di sektor pertanian.
Endra melanjutkan, pembangunan bendungan telah masuk dalam rencana strategis yang dicanangkan oleh Kementerian PUPR sebagai bentuk mitigasi atas kondisi krisis iklim. Penyelesaian pembangunan beberapa bendungan vital akan dipercepat mengingat durasi musim kering tanpa air Indonesia yang sangat panjang dan belum pernah terjadi pada periode sebelumnya.
Diketahui, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran senilai Rp21,5 triliun untuk menyelesaikan proyek pembangunan 15 unit bendungan vital pada tahun 2024 yang masuk dalam program strategis nasional (PSN).
Alokasi anggaran proyek pembangunan PSN bendungan mengalami kenaikan hingga 54 persen jika di bandingkan dengan anggaran 2023, yakni sebesar Rp13,9 triliun.
Ke-15 proyek bendungan tersebut yaitu Tiga Dihaji (OKU, Sumatera Selatan), Keureutoe Paya - Rukoh-Pengarah Rukoh (Aceh), Leuwikeris (Jawa Barat), Jlantah Karanganyar-Jragung (Jawa Tengah).
Kemudian, Sidan (Bali), Meninting (Lombok Nusa Tenggara Barat), Manikin (Kupang, Nusa Tenggara Timur), Bendungan Marang Kayu (Samarinda, Kalimantan Timur), Bulango Ulu (Gorontalo), Budong- budong (Mamuju, Sulawesi Barat), dan Way Apu (Maluku). Masing-masih wilayah tersebut merupakan sentra penghasil pangan nasional untuk komoditas padi dan tanaman hortikultura lainnya.