Kemarau Bawa Berkah Bagi Perajin Batu Bata, Produksi Meningkat 50%
Musim kemarau memang menyebabkan kekeringan. Tetapi, panas terik juga membawa berkah bagi perajin batu bata merah di Dusun Mojoroto Desa Mojotamping, Kecamatan Bangsal, Mojokerto, Jawa Timur.
Perajin batu bata merah ini mengalami peningkatan jumlah produksi. Cuaca terik matahari yang berlimpah membuat batu bata merah produksi para perajin menjadi lebih mudah kering. Hal tersebut membuat produktivitas batu bata merah meningkat drastis sampai 50 persen.
Nurman, salah satu perajin batu bata merah mengatakan, saat musim hujan proses pengeringan batu bata merah membutuhkan waktu sampai tujuh hari. Sedangkan di musim kemarau ini, proses pengeringan batu bata hanya membutuhkan waktu dua sampai tiga hari saja.
"Kalau kemarau ini enak, begitu keluar dibiarkan sampai tiga hari sudah kering. Kalau musim penghujan bisa tujuh sampai 10 hari baru kering," ungkap pria berusia 57 tahun ini, saat dijumpai Ngopibareng.id, Jumat 11 Oktober 2024.
Menurut Nurman, produksi batu bata merah mengalami peningkatan hingga 50 persen saat musim kemarau tiba. Dibantu dengan dua buruh, ia mampu mencetak sebanyak 1.000 hingga 1.500 batu bata merah dalam satu hari.
"Kalau musim penghujan mengalami penurunan, satu hari hanya cetak 500 sampai 700 batu bata," tuturnya.
Nurman mampu membakar hingga 24.000 batu bata dalam sebulan saat musim kemarau, sementara di musim hujan bisa memakan waktu dua bulan. "Meskipun harganya turun, perputaran uang tetap meningkat karena proses yang lebih cepat," tuturnya.
Nurman sudah terjun dalam industri batu bata cetak selama lima tahun dan memproduksi ribuan batu bata di sawah dekat rumahnya dengan bantuan dua karyawan. Proses pembuatan meliputi pembelian tanah merah, penggilingan, pencetakan, pengeringan, dan pembakaran.
Nurman juga mengandalkan kayu dari limbah pabrik sebagai bahan bakar pembakaran, yang dibeli seharga Rp 1,9 juta. Batu bata hasil produksinya biasanya diborong oleh pengepul, meski Nurman juga mengirimkan sendiri jika ada pesanan.
Nurman optimis meskipun tidak ada pesanan, produksi batu bata tetap berlangsung karena telah menjadi bagian dari industrinya. "Setiap habis bakar, pasti ada pembelinya. Jadi, produksi akan terus berjalan," tuturnya.
Dengan memanfaatkan musim kemarau, Nurman berharap usaha batu bata merahnya semakin berkembang dan memberi dampak positif bagi perekonomian lokal.