Kemarau Basah, Ganjar Tanam Seribu Pohon di Lahan Kritis
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus menggalakkan penanaman pohon di lahan kritis. Kali ini ia bersama masyarakat melakukan penanaman 1.000 pohon di lahan kritis Desa Majalengka, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Senin 25 Juli 2022 sore.
"Kita galakkan karena ini kan kemarau basah, kita manfaatkan kebasahan selama musim kemarau itu untuk menanam. Sehingga kalau kita rutin, kelompok taninya juga aktif itu akan bermanfaat," kata Ganjar usai penanaman pohon dan dialog dengan kelompok tani hutan.
Penanaman pohon itu diikuti sekitar 300an orang terdiri atas warga sekitar, pelajar, kelompok tani hutan, dan pegiat lingkungan. Lokasi penanaman merupakan lahan kritis yang berpotensi banjir di bagian bawah bukit. Pohon yang ditanam merupakan pohon buah dan pohon langka penyerap air seperti pohon gayam, kluwek, dan tunjung.
Ganjar menjelaskan program penanaman pohon tersebut merupakan bagian dari program desa dampingan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Jawa Tengah. Selain penanaman pohon, program desa dampingan itu juga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok-kelompok tani hutan.
"Kalau inisiatif warga bisa seperti ini bagus, akan sangat bermanfaat. Program pemberdayaannya jalan, menanam pohonnya juga jalan untuk melakukan penghijauan di area-area yang memang kritis. Jadi kalau itu dilakukan, kelompok taninya oke, masyarakatnya mendukung, sudah bergeraklah semuanya bagus," jelas Ganjar.
Di antara kelompok tani hutan yang menjadi dampingan atau partner dari Dinas LHK Provinsi Jawa Tengah adalah Kelompok Tani Kiara. Kelompok tani yang beranggotakan 11 perempuan itu telah banyak menanam pohon-pohon yang dapat dipanen daunnya untuk ecoprint.
Pohon yang ditanam antara lain pohon Afrika atau dikenal juga dengan pohon saman, kemudian pohon Kalpataru, Jarak Wulung dan Jarak Kepyar. Produk ecoprint yang sudah dihasilkan antara lain ada kain atau baju, tas dan sepatu.
"Ada yang buat ecoprint, tetapi tadi mereka masih punya problem terkait produksi dan pemasaran. Terus nggak bisa menjahit, jahit tas dan sepatu tidak bisa. Kita bisa lakukan pelatihan untuk itu," kata Ganjar.
Hal lain yang membuat Ganjar senang dengan inisiatif masyarakat dalam mengolah hasil tanaman adalah kelompok tani hutan yang mampu mengolah talas menjadi tepung. Semua itu dilakukan dengan teknologi yang sederhana dan di lokasi yang jauh dari pusat kota.
"Tadi saya senang, ternyata di sini sudah banyak yang mengolah tepung ya. Jadi tepungnya tadi macam-macam. Tepung pati ada, terus kemudian talas juga sudah bisa jadi tepung. Bayangkan dengan teknologi yang sederhana di area remote seperti ini mereka bisa membuat produk itu," ungkapnya.
Menurut Ganjar cara itu bisa menjadi alternatif mengenai diversifikasi dan ketahanan pangan. Misalnya orang-orang yang biasa mengolah atau menggunakan gandum bisa saja digantikan tepung dari para petani itu.
"Kalau kita bicara diversifikasi dan ketahanan pangan, orang yang banyak menggunakan gandum jangan-jangan tepung itu juga sudah bisa menggantikan. Substitusi dari gandum. Ini pola-pola yang menurut saya musti dikembangkan sehingga pendampingan musti dilakukan," jelas Ganjar.