Kemarau, Areal Tembakau di Probolinggo Dipatok 9.000 Hektare
Memasuki kemarau, Juni 2023 ini, Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Probolinggo kembali mematok areal tanaman tembakau. Tahun ini, areal tembakau Paiton Voor Oogst (Paiton VO) itu ditargetkan sekitar 9.000 hektare dengan produksi total sekitar 10.800 ton.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya, areal 9.000 hektare itu tersebar di sembilan kecamatan yang memang cocok untuk tanaman tembakau,” kata Kepala Disperta Kabupaten Probolinggo, Mahbub Zunaidi, Kamis malam, 18 Juni 2023.
Keembilan kecamatan yang secara agroklimat (faktor tanah dan cuaca) itu cocok untuk tanaman tembakau Paiton VO adalah, Paiton, Kotaanyar, Pakuniran, Besuk, Kraksaan, Gading, Krejengan, Pajarakan, dan Maron. Kesembilan kecamatan itu bahkan sejak zaman kolonial Belanda hingga sekarang memang menjadi lahan tembakau.
Mahbub menambahkan, setiap hektare areal tembakau ditargetkan menghasilkan 1,2 ton tembakau. Sehingga dengan 9.000 hektare diharapkan bisa menghasilkan produksi total 10.800 ton tembakau.
Terkait target areal dan produksi tembakau, Mahbub mengaku, sudah berkomunikasi dengan sejumlah pabrikan rokok yang membuka gudang pembelian tembakau dari para petani di Kabupaten Probolinggo. Memang sejumlah gudang tembakau masih belum menyebutkan besaran kebutuhan tembakau yang akan diserapnya.
“Gudang tembakau milik PT Gudang Garam misalnya menyatakan, membutuhkan minimal 3.000 ton tembakau dari petani Probolinggo,” kata Mahbub. Sementara gudang-gudang tembakau lainnya belum bisa menyebutkan angka karena masih berkoordinasi dengan pihak pabrikan rokok.
Memasuki musim kemarau, Juni ini sejumlah petani mulai menyiapkan lahannya untuk ditanami tembakau. Sebagian lagi menyiapkan bibit tembakau pada bedengan.
“Saya belum tahu, apakah tahun ini mau menanam tembakau. Tahun 2022 lalu, sebagian tanah saya tanami tembakau, sebagian lagi saya tanami cabai rawit,” kata Andi, petani tembakau di Kecamatan Paiton.
Disinggung mengapa tidak seluruh lahannya ditanami tembakau, pria paro baya itu mengaku, tidak ingin terlalu bergantung pada tanaman tembakau. “Tembakau itu kalau sedang bagus harganya selangit, tapi kalau lagi jeblok, ya petani bisa hancur,” katanya.
Hal senada diungkapkan Taufik, petani di Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo. “Desa-desa di Kecamatan Besuk yang agak ‘nggunung’ atau lebih tinggi daripada Paiton, memang lebih bagus ditanami tembakau. Mungkin, saya akan kembali menamam tembakau,” katanya.