Kelurahan Surodinawan, Pelanggan Terbanyak di Kota Mojokerto
Kelurahan Surodinawan tercatat sebagai kelurahan dengan pelanggan sambungan gas rumah tangga PT Perusahaan Gas Negara (PT PGN) terbanyak di Kota Mojokerto. Tercatat, ada 1800 warga di kelurahan ini yang menjadi pelanggan jaringan gas PGN.
Jumlah pelanggan Surodinawan mengalahkan kelurahan Prajurit Kulon dan Kelurahan Miji yang menjadi terbanyak kedua dan ketiga dari enam kecamatan yang ada di kota tersebut.
Pelanggan sambungan gas PGN di kelurahan yang dikepalai Supartoyo ini diyakini semakin banyak, menyusul seabreknya calon pelanggan yang mendaftar dari kelurahan tersebut untuk periode kedua ini. Maklum, seperti diungkapkan sang lurah, pada periode pertama pemasangan jargas PGN ini dilaksanakan di Kota Mojokerto, ia beserta stafnya langsung turun ke bawah.
Ia juga sering datang sendiri ke RT dan RW di semua lingkungan yang berada dalam naungan kelurahannya untuk meyakinkan warga. “Karena yang bantu saya perempuan, jadi gak bisa sampai malam hari. Jadi saya lebih sering turun sendiri untuk meyakinkan warga,” katanya.
Hasilnya, meski pada awal ketetapan harga per kubik dari BPH Migas keluar banyak warga yang mengeluhkan jumlah tagihan yang relatif besar (karena akumulasi 3 bulan), kini warga di lingkungan Kelurahan Surodinawan pun merasakan manfaatnya.
Saking senangnya, banyak warga yang sudah memiliki sambungan gas PGN berterima kasih pada sang lurah. Sementara warga yang memiliki sambungan jaringan gas PGN pun terus mendesak sang lurah agar segera dipasang.
"Sekarang saya tidak perlu turun ke bawah, mereka sudah datang sendiri ke kelurahan untuk mendaftar secara kolektif," ujarnya.
Tidak Ada Laporan Kecelakaan
“Dulu ada yang menolak karena ada isu-isu seputar bahaya serta mahalnya harga jargas, setelah semua itu tidak terbukti tidak ada satu pun warga saya yang menolak. Sekarang warga berbondong-bondong mendaftar,” katanya sembari tertawa.
Supartoyo juga mengatakan, ada perbedaan besar antara konversi dari minyak tanah ke LPG, dengan LPG ke gas alam dari PGN. Jika saat konversi ke LPG, kelurahan Surodinawan banyak menerima laporan kecelakaan warga akibat ledakan LPG. Namun sejak menggunakan jargas PGN, sama sekali tidak ada laporan mengenai bahaya dari kebocoran.
“Kalau pun saya mendengar ada kebocoran di salah satu ligkungan kelurahan kami, itu tak sampai timbul ledakan. Hanya terbakar di sekitar kebocoran, dan apinya juga terlokalisir di sekitar kebocoran. Kebocoran itu juga akibat kelalaian warga sendiri yang bakar-bakar di sekitar pipa jargas PGN,” katanya.
“Saya sendiri merasa lebih nyaman dengan jargas PGN karena pengeluaran kami menurun 50 persen. Sebab kalau pakai LPG, dalam sebulan saya bisa menghabiskan 4-5 tabung. Tapi dengan jargas, saya hanya habis 34.000 rupiah saja setiap bulan,” tambahnya.
Advertisement