Keluarganya Korup, Ini Sebab Marcos Jr Menang Pilpres Filipina
Bongbong Marcos Jr, anak mendiang Ferdinand Marcos, menang dalam hasil hitung sementara pemilihan presiden di Filipina, pada Senin 9 Mei 2022 lalu. Latar belakang orang tuanya yang diktator dan korup serta digulingkan oleh revolusi rakyat, seolah tak diingat oleh warga Filipina sekarang. Pakar menjelaskan sejumlah dugaan mengapa Bongbong bisa menang Pilpres Filipina.
Bongbong Menang Pilpres Filipina
Hasil hitung sementara menempatkan Bongbong yang berpasangan dengan anak Rodrigo Duterte, Sara Duterte Caprio, dengan kemenanga besar, meraup sedikitnya 60 persen suara atau sekitar 31 juta suara.
Bekal suara yang besar menempatkan Bongbong menggenggam legitimasi memimpin Filipina, setelah rezim ayahnya digulingkan penduduk Filipina, 36 tahun lalu, dikutip dari Nikkei, Jumat 13 Mei 2022.
Hasil kemenangan Bongbong mengungguli perolehan suara dari eks Wapres Filipina, Leni Robredo dengan perolehan sekitar 28 persen suara.
Meski dinilai sangat dekat dengan keluarga mendiang ayahnya serta melanjutkan berbagai usaha ayahnya, dalam kampanyenya, Bongbong meminta agar warga Filipina tidak mengaitkannya dengan pendahulunya.
"Jangan menilai saya dengan melihat pendahulu saya, nilailah saya atas tindakan saya. Jani saya, menjadi presiden untuk semua warga Filipina," katanya dalam pidato singkat setelah hasil hitung sementara dirilis, Selasa, 10 Mei 2022.
Masa Lalu Marcos
Kemenangan Bongbong Marcos diikuti oleh pro dan kontra dari netizen. Mendiang ayahnya, Ferdinand Marcos terpilih pada 1965 dan memimpin Filipina dengan banyak catatan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Marcos juga dikenal dengan korupsi dan gaya hidup mewah yang semuanya disokong dari uang rakyat. Penerbangan menggunakan jet pribadi, belanja barang-barang mewah termasuk koleksi ribuan pasang sepatu milik istri presiden, Imelda Marcos. Diperkirakan keluarga itu telah mengorupsi sedikitnya USD10 miliar ketika memimpin Filipina, dikutip dari Washington Post.
Selain korupsi, ada pula tunggakan pajak senilai USD3 miliar, juga tuntutan ganti rugi senilai USD2 miliar dari para keluarga korban pelanggaran HAM di pengadilan Amerika Serikat.
Tahun 1986, Ferdinand Marcos digulingkan oleh rakyat dalam kudeta bernama Revolusi Kekuasaan Rakyat. Demonstrasi besar terjadi dan membuat Ferdinan serta Imelda mengungsi ke Hawai, termasuk pula Bongbong Marcos Jr yang berusia 28 tahun saat itu.
Penyebab Bongbong Marcos Menang
Meski memiliki latar belakang sejarah kelam dan kedekatan dengan orang tuanya, pakar menyebut sejumlah faktor menyebabkan Bongbong Marcos menang besar di Filipina.
Di antaranya adalah strategi kampanye yang melibatkan disinformasi dan berlangsung bertahun-tahun menggunakan media sosial.
Dari Tiktok terdapat banyak video mewah tentang jayanya Filipina di masa Ferdinand Marcos, juga di Youtube terdapat video propaganda yang menyebut tak ada penangkapan dan pelanggaran HAM di masa itu.
Disinformasi tak berdasar tentang kekayaan berupa emas yang banyak dan akan dibagikan pada rakyat Filipina, jika Bongbong Marcos menjadi presiden, ikut tersebar di media sosial.
Selanjutnya, operasi troll dilakukan untuk mengalahkan informasi yang mengkritik keluarga Marcos.
Selain disinformasi di media sosial, Marco Gardio, Sosiolog di Universitas Chicago, menyebut jika ada faktor lain berupa kekecewaan pada pemerintah selama tiga dekade terakhir. Hal itu kemudian membuat warga Filipina mudah termakan disinformasi yang tersebar di media sosial.
"Kepercayaan mereka atas demokrasi liberal sudah hilang, sehingga berkembang kesukaan atas pemerintahan otoriter selama Duterte berkuasa," katanya.