Keluarga Windi dan Wahyu Diteror SMS Gelap
Di tengah kesedian mendalam karena tujuh anak buah kapal (ABK) Cahaya Bahari Jaya belum ditemukan, ada pihak yang “memancing di air keruh”. Keluarga Windi Budianto (34, nakhoda) dan adiknya, Wahyu Triastanto (27, ABK) justru menerima pesan singkat (short message service/SMS) dari orang tidak dikenal.
“Saya menerima SMS gelap alias dari orang tidak dikenal, Senin lalu tetapi tidak saya gubris karena kami sekeluarga sedang berduka,” ujar Yeni Dwi Lestari (36), kakak Windi dan Wahyu di rumahnya, Jalan Ikan Banyar RT 1 RW 4 Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Rabu, 24 Oktober 2018.
Didampingi ibu dan ayahnya, Buama (53)-Sukarji (57), Yeni menunjukkan SMS gelap itu. Pengirim SMS mengaku sebagai Wahyu, sedang berada di Malaysia. “Bunyi SM-nya, ‘Saya butuh uang untuk biaya hidup,’ dikirim melalui nomor HP 085399809099,” ujar Yeni.
Ditanya apakah sudah lapor polisi terkait SMS gelap itu, Yeni mengatakan, belum. “Saya belum lapor polisi karena fokus menunggu kabar kedua adik saya,” ujarnya.
Sisi lain, misteri hilangnya Kapal Motor (KM) Cahaya Bahari Jaya beserta tujuh ABK-nya menimbulkan banyak dugaan dan spekulasi di kalangan nelayan di Probolinggo. Apalagi hilangnya kapal nelayan jenis jonggrang itu tanpa menyisakan seorang saksi pun.
Satu-satunya ABK, Moh. Rohim (56) yang berhasil ditemukan sudah dalam kondisi tewas di Pantai Jumingan, Pamekasan, Madura, Minggu, 21 Oktober 2018 lalu. Padahal kontak terakhir ABK kapal berbobot 19 gross tons (GT) itu terjadi sehari sebelumnya, Sabtu, 20 Oktober 2018.
Saat itu pemilik kapal, Matari (60) menerima telepon dari salah seorang ABK, yang mengabarkan kalau posisi kapal di perairan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Matari mengaku lega, karena kapal dijadwalkan pulang keesokan harinya, Minggu, 21 Oktober 2018.
Ilham Wahyudi (53), nelayan yang tergabung dalam Paguyuban Nelayan Putra Samudra, Mayangan, Kota Probolinggo berspekulasi, KM Cahaya Bahari Jaya tenggelam di malam hari. “Sepengetahuan saya, apa ABK KM Cahaya Bahari Jaya biasa tidur di kamar mesin di malam hari,” ujarnya.
Masih versi Ilham, bisa saja saat itu kapal tenggelam sementara tujuh ABK-nya ikut tenggelam. Hanya menyisakan Rohim yang kemudian jenasahnya terdampar di Pamekasan.
Untuk mencari tujuh ABK yang hilang, diduga di perairan Paiton, Ilham mengusulkan sejumlah kapal nelayan menebar jaring beramai-ramai di perairan tersebut. “Barang sebesar apapun bisa kena jaring kalau dalam jumlah banyak,” ujarnya. (isa)