Tebuireng Tersinggung, Dawuh Kiai Hasyim Asy’ari Dicatut KAMMI
Jombang: Keluarga Pondok Pesantren Tebuireng Jombang tersinggung dengan ulah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang mencatut ucapan Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Padahal, tujuannya untuk merekrut anggota yang diorientasikan pada anak-anak muda Nahdliyin.
Beberapa waktu lalu, muncul poster ajakan mengikuti Daurah Marhalah I dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Ulul Albab UIN Maliki Malang. Fatalnya, poster yang disebarkan akun instagram @kammium tersebut mencantumkan foto Hadlratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari (Mbah Hasyim) beserta satu dawuhnya sebagai dalil ajakan.
"Pertahankanlah agama Islam, berusaha sekuat tenaga memerangi orang yang menghina Al-Qur’an, menghina sifat Allah dan tunjukkanlah kebenaran kepada para pengikut kebatilan dan penganut akidah sesat. Ketahuilah, usaha keras memerangi (pemikiran-pemikiran) tersebut adalah wajib," begitu perkataan Mbah Hasyim yang dicantumkan pada poster KAMMI.
Poster itu diketahui disebar pertama kali pada Selasa (26/9/2017), dan disebutkan bahwa kegiatan daurah kurang 12 hari lagi. Jika dihitung, daurah itu digelar pada 8 Oktober 2017 mendatang. Bahkan, poster serupa tidak hanya beredar di Malang, tapi juga digunakan untuk kegiatan KAMMI di sejumlah daerah di Indonesia, seperti di Pekalongan.
Sontak, poster yang menjadi viral itu mengguncang dunia maya. Berbagai komentar muncul dan memicu kontroversi. Belakangan, setelah memicu kontroversi, akun instagram @kammiuin mengeluarkan siaran pers terkait poster tersebut. Siaran pers tertanggal 28 September 2017 itu berusaha mengklarifikasi aksi pencatutan gambar dan perkataan Mbah Hasyim.
Terkait hal itu, KH Agus M. Zaki Hadzik, salah seorang cucu Hadlratussyekh memberikan tanggapan sekaligus peringatan kepada KAMMI. Pria yang akrab disapa Gus Zaki ini merupakan penerus perjuangan KH M. Ishomuddin Hadzik (kakaknya) dalam mengurus penerbitan kitab-kitab Hadlratussyaikh.
Melalui pesan singkat, Gus Zaki mengimbau agar pihak manapun tidak menggunakan perkataan Mbah Hasyim untuk kepentingan permusuhan, apalagi menggunakan kata perang (kata "perang" ditebalkan dalam pesan tersebut). Pasalnya, hal itu dapat menimbulkan perpecahan bangsa Indonesia.
"Jangan menggunakan dawuh (perkataan, red)-nya Kiai Hasyim untuk mengajak perang yang bisa berakhir dengan perpecahan bangsa Indonesia. Karena beliau juga ikut berjuang membangun bangsa Indonesia," pesan Gus Zaki.
Senada dengan itu, Kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng KH Agus Fahmi Amrulloh Hadzik (Gus Fahmi) menilai pemahaman aktivis KAMMI soal jihad sangat pendek, hanya mengacu pada "perang". Padahal, kata Gus Fahmi, jihad yang dimaksud Mbah Hasyim dalam kitab al-Mawaidz halaman 33 itu bermakna "menolak".
"Mereka tahu bahwa dawuh Mbah Hasyim banyak diikuti warga NU. Karena itu, sering mereka kutip dengan diselewengkan maknanya," jelas Gus Fahmi mewakili keluarga Tebuireng.
Ditanya apakah ini merupakan strategi KAMMI dalam menggaet kader-kader NU, Gus Fahmi mensinyalir kebenaran dugaan tersebut. "Nggih, (pencatutan dawuh Mbah Hasyim itu) untuk propaganda mereka. Terutama terhadap kawula muda NU," ungkap kiai yang juga guru Bahasa Inggris itu.
Gus Fahmi juga mengkritik KAMMI yang sebenarnya mempunyai latar belakang berbeda dengan kalangan NU. Menilik sejarahnya, KAMMI didirikan oleh aktivis Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) pada 29 Maret 1998.
Dari sisi pemikiran dan gerakan, organisasi yang dideklarasikan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu juga lebih dekat dengan gerakan Ikhwanul Muslimin (IM) daripada Nahdlatul Ulama.
"Mereka lupa siapa mereka. Sehingga, ketika mereka yang mengutip dawuh Mbah Hasyim, warga NU sulit mempercayai karena latar belakang mereka," pungkas Gus Fahmi. (adi)