Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Solidaritas Kasus Rempang
Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan bersama dengan kelompok Aksi Kamisan Malang menggelar aksi solidaritas di depan Balaikota Malang pada Kamis 14 September 2023. Selain menuntut terkait keadilan hukum bagi korban serta penyintas Tragedi Kanjuruhan. Aksi ini juga adalah bentuk solidaritas terhadap warga Pulau Rempang, Batam.
Salah Satu Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan, Devi Athok mengatakan bahwa kasus yang terjadi di Pulau Rempang, yaitu bentrok antara warga dengan kepolisian. Kasusnya sama dengan Tragedi Kanjuruhan. Kepolisian menggunakan gas air mata sehingga membuat anak-anak sekolah mengalami gangguan pernapasan.
“Kami di sini juga bersolidaritas atas kasus yang saat ini terjadi di Pulau Rempang,” ujarnya pada Kamis 14 September 2023.
Bentrok yang terjadi pada 7 September 2023 itu, pecah sehingga membuat aparat menembakkan gas air mata yang berakibat warga serta anak-anak terganggu. Kepolisian menyatakan bahwa efek gas air mata ini bisa meluas karena tertiup angin.
“Kepolisian memang tidak pernah mengakui efek buruk gas air mata. Sama seperti saksi ahli yang dihadirkan saat Laporan Model B. Saksi ahli menyatakan jatuhnya korban jiwa karena berdesakan. Bukan karena gas air mata,” katanya.
Konflik di Pulau Rempang, Batam dipicu oleh penolakan warga setempat terkait proyek Rempang Eco-City sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN). Proyek ini akan digarap oleh PT Makmur Elok Graha (MEG). Perusahaan itu merupakan anak usaha Grup Artha Graha, kelompok usaha yang dibangun Tomy Winata.
Proyek dengan luas sekitar 17.000 hektare itu rencananya akan menjadi menjadi kawasan ekonomi terintegrasi yang menghubungkan sektor industri, jasa dan komersial, residensial/permukiman, agro-pariwisata, dan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).