Keluarga Gus Mus Berduka, Muzammil Basyuni Berpulang
Telah berpulang ke Rahmatullah Dr. DB. KH. M. Muzammil Basyuni, Ketua Badan Pelaksana Masjid Istiqlal (BPPMI), pada Rabu (28/3/2018) pukul 09.35 WIB, di Rumah Sakit Siloam Semanggi, Jakarta.
Jenazah akan disalatkan di Masjid Istiqlal, pukul 13.00 WIB, selanjutnya akan dibawa ke rumah duka di Pondok Aren Jakarta, dan akan dimakamkan di pemakaman Tanah Kusir Ba'da Salat Ashar.
“Innã liLlãhi wainnã ilaiHi rãji'űn...
“Saudaraku yang baik hati dan selalu tersenyum, DR. M. MUZAMMIL BASYUNI, hari ini berpulang ke RahmatuLlãh menyusul adiknya St. Fatmã Basyuni. Semoga husnul khãtimah. Mohon doa dan Fatihah Anda sekalian.” Demikian komentar KH A Mustofa Bisri, saudara ipar Muzammil Basyuni, di akun facebook miliknya. Adik dari Muhammad Muzammil Basyuni, Ny Hj Fatmah binti Basyuni, diperistri Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang itu.
Catatan ngopibareng.id, Muhammad Muzammil Basyuni (lahir di Rembang, Jawa Tengah, Indonesia, 7 Oktober 1947; umur 71 tahun) adalah Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal dan juga Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Republik Arab Suriah.
Ia dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 18 Oktober 2006. Ketika itu, dia menjabat sebagai Ketua BPPMI (Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal) dilantik oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin pada Jumat, 22 Januari 2016 di Kantor Kementerian Agama Thamrin.
Muhammad Muzammil Basyuni dibesarkan di lingkungan keluarga santri. Ayahnya, KH. Basyuni Masykur, merupakan seorang ulama kharismatik di Rembang. Kakaknya, Muhammad Maftuh Basyuni Rahimahullahu, adalah mantan Menteri Agama Indonesia, dan adiknya, Siti Fatimah Basyuni Rahimahallahu, menikah dengan KH. Musthofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang.
Muhammad Muzammil Basyuni pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, dan Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijogo Yogyakarta (1966/1967), serta Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1967/1968). Beliau adalah lulusan Fakultas Adab dan Syariah, Universitas Baghdad Irak tahun 1972.
Muhammad Muzammil Basyuni memulai kariernya pada Departemen Luar Negeri sejak tahun 1974, dengan penugasan sebagai Letda Tituler/Perwira Interpreter Arab dengan gelar diplomatik Atase Lokal UNEF di Sinai, Mesir tahun 1975—1976. Setelah kembali dari Sinai Muhammad Muzammil Basyuni diangkat menjadi Pjs. Kasubag Penyusunan Rencana Pusdiklat Deplu. Pada tahun 1977,
Beliau ditugaskan sebagai Interpreter Arab Presiden RI Soeharto pada kunjungan kenegaraan ke negara-negara Arab (Kuwait, Arab Saudi, Suriah, Mesir, dan Yordania).
Pada 1984, Beliau ditempatkan sebagai Kasubid Penerangan di KBRI Tunis dengan gelar diplomatik Atase, kemudian dengan gelar Sekretaris Tiga. Pada tahun 1988, sekembali dari Tunis, Beliau menjabat sebagai Kasi KSE-OKI-TT Dit HENB Ditjen HELN. Pada tahun 1991, Beliau ditempatkan sebagai Kabidekon di KBRI Bandar Seri Begawan dengan gelar diplomatik Sekretaris Dua, kemudian naik menjadi Sekretaris Satu.
Pada tahun 1995 sekembali dari Brunei, Beliau menjabat sebagai Kabag Pertambangan dan Energi pada Biro Ekonomi Setnas ASEAN. Pada tahun 1999, Beliau ditempatkan sebagai Kabidekon di KBRI Madrid, Spanyol dengan gelar diplomatik Counsellor, kemudian naik menjadi Minister Counsellor.
Dengan dilaksanakannya restrukturisasi Departemen Luar Negeri, Beliau ditarik ke Jakarta. Pada tanggal 3 Mei 2002, Beliau dilantik sebagai Direktur Timur-Tengah Ditjen Aspasaf sampai dengan tahun 2004. Pada bulan November 2004, Beliau mendapat tugas penempatan sebagai Wakil Kepala Perwakilan RI / DCM & HOC di KBRI Kairo, dengan gelar diplomatik Minister. Pada 16 Oktober 2006, Muzammil dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Duta Besar Republik Indonesia Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Republik Arab Suriah.
Semangat belajar Muzammil Basyuni, tak pernah berhenti. Ia dikenal sebagai sosok santri tulen, yang tak lepas dari dunia ilmu. Setelah menjadi Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Suriah 2006-2010, ia menyandang gelar Doktor dalam Bidang Kajian Timur Tengah, setelah mengikuti sidang promosi Doktor yang digelar pada 4 Juni 2016 di Sekolah Pascasarjana Univeristas Gadjah Mada Yogyakarta.
Muzammil dalam promosi Doktornya mempertahankan disertasi dengan judul Peran Indonesia Dalam Menyelesaikan Konflik Timur Tengah (Kasus Konflik Israel-palestina). Dari pemaparan disertasinya, tergambar suasana konflik Timur Tengah masih sangat samar, begitupun dengan keterlibatan Indonesia dalam mejuwudkan perdamaian di Timur Tengah.
Sebab, Indonesia dianggap sebagai negara yang cukup netral dan tidak punya kepetingan terhadap blok manapun di antara pelaku konflik Timur Tengah.
Padahal menurutnya, Indonesia sangat diharapkan kehadirannya dalam perdamaian di Timur Tengah.“Kehadiran Indonesia bisa berperan sebagai fasilitator mediator, Inisiator p artisipator, actor motivator, dan Justifikator,” paparnya di hadapan para penguji, ketika itu.
Selain itu, ia berharap bisa mengindonesiakan dunia dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional.
Demikian gagasan yang terjejak dari pribadi Muhammad Muzammil Basyuni. (adi)