Keluarga dan Sekolah, Benteng Utama Cegah Intoleransi-Radikalisme
Sejumlah upaya dapat dilakukan dalam pencegahan sikap intoleransi dan radikalisme. Menurut Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur Hesti Armiwulan, dengan menanamkan nilai toleransi dan perdamaian sejak dini dalam keluarga, sekolah, kampus.
Hal itu terungkap dalam acara "Sosialisasi Bahaya Intoleransi, Radikalisme dan Narkoba bagi Generasi Muda", digelar di Malang, Kamis 21 September 2023. Kegiatan yang dilaksanakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur ini, diikuti ratusan siswa SMA/SMK se-Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) Malang.
Hadir sebagai pembicara pada kesempatan itu, selain Hesti Armiwulan juga Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur, Eddy Supriyanto SSTP, MPSDM, AKBP Rony Purwahyudi SH, Ditresnarkoba Polda Jatim, dan dimoderatori Moh Arifin MAg (Kabid Agama, Sosbud FKPT Jatim). Acara dibuka Kepala Bakorwil III Malang Drs Budi Santosa.
Hesti menegaskan, pentingnya menumbuhkan kepedulian, kepekaan dan pencegahan di lingkungan sekitar dari pengaruh radikalisme dan ancaman terorisme. Selain itu, memberikan penguatan wawasan kebangsaan dan pemikiran keagamaan yang inklusif.
Melek Literasi Digital
Pada bagian lain, Hesti Armiwulan menekankan pentingnya melek media bagi masyarakat secara luas. Dengan melakukan media literasi & digital literasi agar memiliki pemahaman yang moderat dan inklusif.
"Melakukan pengawasan dan pendampingan dalam penggunaan internet. Mencermati materi ajar/perkuliahan dan melaporkan apabila ada materi yang tidak sesuai dengan semangat ke-Indonesia-an
Monitoring /waspada penyebaran aplikasi radikalisme di dunia maya," tuturnya.
Hal itu sebagai bagian upaya untuk melakukan deteksi dini dengan memberdayakan seluruh komponen masyarakat, untuk mencegah penyebaran paham radikal melalui kegiatan/pengajian yang eksklusif.
Dalam upaya pencegahan Tindak Pidana Terorisme. Diingatkan Hesti, pemerintah melakukan langkah antisipasi secara terus menerus yang dilandasi dengan prinsip pelindungan hak asasi manusia dan prinsip kehati-hatian.
"Kesiapsiagaan nasional merupakan suatu kondisi siap siaga untuk mengantisipasi terjadinya tindak pidana terorisme melalui proses yang terencana, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan," tuturnya.
Kesiapsiagaan nasional dimaksud, menurutnya, adalah dengan pelbagai ikhtiar dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan aparatur, pelindungan dan peningkatan sarana prasarana, pengembangan kajian terorisme, serta pemetaan wilayah rawan paham radikal terorisme.
Tantangan Era Digital
Semua orang dengan mudah mengumbar kebencian dengan bebas di internet. Hal ini disebabkan ruang dunia maya yang bebas cepat dan anon (tidak beridentitas) sehingga orang bebas menyebarkan narasi kebencian menghujat atau memaki.
Informasi apapun diterima sebagai kebenaran tanpa ada verifikasi, itulah fakta yang terjadi dalam masyarakat.
"Rendahnya literasi digital pelaku medsos tanpa menyadari adanya efek hukum psikologis dan dampak sosial dari penggunaan medsos tersebut.
"Bahkan, suburnya intoleransi dan fanatisme kelompok menumbuhkan keberanian untuk menghujat dan memaki tokoh agama, keyakinan, dan politik yang dianggap berseberangan," kata Hesti Armiwulan.
Dalam paparannya, Kepada Bakesbangpol Prov Jatim Eddy Supriyanto SSTP, MPSDM, menegaskan pentingnya upaya penanaman bela negara. Yakni, mempunyai rasa ikut memiliki negeri ini dan terpanggil untuk ikut serta dalam upaya bela negara.
"Generasi muda, khususnya siswa-siswi SMA/SMK dan usia sebayanya, harus tegas menolak dan memberantas penyebaran ajaran/paham yang bertentangan dengan Pancasila," tuturnya.
Selain itu, ditanamkan nilai berjiwa “merah-putih” yang selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan
kelompok dan pribadi supaya persatuan dan kesatuan bangsa tetap kokoh.
"Tidak berpuas diri, peluang harus selalu kita ciptakan, untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia, sejajar dengan bangsa maju," tutur Eddy.
Menurut Eddy Supriyanto, persiapkan diri dengan baik menjadi agen perubahan dan menguasai IPTEK dengan mengikuti perkembangan lingkungan strategis baik nasional, regional, maupun internasional.
"Membangun persaudaraan, toleransi, kerukunan dan harmoni di Bumi Pertiwi sesuai semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika," tambahnya.
Advertisement