Keluarga Awak KRI Nanggala di Blitar Gelar Doa Menanti Mukjizat
Keluarga salah satu dari 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang dinyatakan tenggelam di Perairan utara Bali, Lettu Laut (P) Ady Sonata, 29 tahun, di Dusun Glondong, Kelurahan Satreyan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar menggelar doa menanti datangnya mukjizat.
Ditemui di rumahnya di Dusun Glondong, sepupu Lettu Ady, Widya Ayu Trisno Wulan mengatakan sudah tahu stok oksigen kapal selam Nanggala sudah melampaui batas waktu 72 jam.
Dia mengerti, ketika oksigen melebihi batas yang ditentukan, peluang para personel ditemukan dalam kondisi selamat sangat tipis. Kendati demikian, keluarga tidak berhenti berdoa untuk keselamatan Lettu Ady Sonata dan kru kapal selam lainnya.
"Keluarga tetap berharap datangnya mukjizat. Apalagi ini bulan puasa. Semoga Gusti Alloh mendengar," kata Widya, Sabtu 24 April 2021.
Sejak Jumat, 23 April 2021, keluarga dan sejumlah warga Glondong, menggelar doa bersama untuk keselamatan personel KRI Nanggala-402, khususnya kepada Lettu Ady Sonata.
Doa bersama dengan pembacaan tahlil sudah digelar selama dua hari ini dilakukan menjelang buka puasa. "Kalau memang masih diberi keselamatan, semoga segera diketemukan, dan kalau pun sudah meninggal keluarga ikhlas menerima musibah ini," katanya.
Lettu Ady Sonata lahir dan besar di lingkungan Glondong, Kelurahan Satreyan. Sona, begitu biasa dipanggil, tumbuh di lingkungan keluarga militer.
Toha, ayah Sona seorang anggota TNI AD. Toha yang saat ini berpangkat Letnan Satu masih berdinas di Depo Pendidikan (Dodik) Bela Negara Malang.
Begitu juga dengan Juwairi, kakak kandung ibu Sona. Juwairi yang oleh Sona dipanggil Pakde merupakan ayah Widya. Laki laki berusia 62 tahun itu lama berdinas di Koramil Panggungrejo, yakni wilayah Blitar selatan.
Widya, putri sulung Juwairi atau sepupu Sona, juga seorang tentara. Widya berdinas di Kodim Blitar. Ibu dua anak itu berpangkat sersan mayor.
Berada di tengah lingkungan keluarga militer, kata Widya, mungkin yang mempengaruhi Sona juga ingin melanjutkan jalur militer.
"Begitu lulus SMAN 1 Kota Blitar, Sona (Ady Sonata) juga langsung daftar Akmil dan diterima di angkatan laut," kata Widya yang mulai berdinas di TNI sejak tahun 2006.
Lettu Ady Sona berdinas sejak tahun 2014. Dua tahun awal resmi bekerja secara organik di TNI, ibunya meninggal dunia karena sakit kanker.
Saat itu rumah di Dusun Glondong hanya ditinggali Surya, adik semata wayang Sona. Sebab ayahnya berdinas di Malang. Dalam perjalanannya, Surya, juga menempuh jalur militer. Ia menjadi anggota TNI AU dan berdinas di Jakarta.
Sejak itu, rumah tempat Sona lahir dan tumbuh besar, praktis tidak ada yang menempati. Sona bertempat tinggal di Surabaya. Perwira menengah itu belum lama menikahi Erna, gadis Nganjuk, adik tingkatnya di Akmil.
"Istrinya berpangkat Letdu. Menikah kurang lebih setahun. Anak pertamanya baru berumur tujuh bulan," kata Widya.
Kecuali ziarah ke makam ibunya dan silaturahmi ke keluarga, Lettu Sona jarang ke Blitar. Kesibukan kerja yang membuat Sona jarang mengunjungi rumah peninggalan orang tuanya. Rumah bercat biru itu bersebelahan dengan rumah Juwairi.
"Rumah orang tua Sona kosong karena tidak ada yang menempati," kata Widya.
Lettu Sona terakhir datang ke Dusun Glondong pada Desember 2020 bersama anak dan istrinya. Lettu Sona terakhir berkomunikasi sebelum tanggal 10 April, yakni sebelum bertugas melakukan latihan kapal selam KRI Nanggala-402.
Sona menelepon ibu Widya, yang intinya minta doa restu sekaligus mengabarkan hendak memulai tugas latihan di kapal selam Nanggala.
Sejak ibunya meninggal, Sona menganggap ibu Widya yang juga budenya, sebagai ibunya. Setiap hendak memulai sesuatu yang berkaitan dengn kerja, kata Widya, adik sepupunya tersebut selalu meminta doa restu.
"Kebetulan yang menerima telponnya saya. Minta bicara ke bude (Ibu Widya). Dalam pembicaraan intinya minta doa restu agar diberi keselamatan dan kelancaran," kata Widya.
Karena itu, begitu mendengar kapal selam KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan Bali, keluarga di Blitar terkejut. Kabar pertama kali disampaikan Lettu Toha, ayah Sona.
Lettu Toha mendapat informasi pertama kali dari Isman, adik kandung Toha yang bertugas di KRI dan sejak awal ikut mencari keberadaan KRI Nanggala-402. Menurut Widya, dari institusi TNI ada instruksi kepada keluarga personel Nanggala 402 untuk menunggu kabar lanjutan para petugas yang sedang melakukan pencarian.
"Karenanya yang kita lakukan hanya berdoa dan terus memantau perkembangan pemberitaan media," kata Widya.