Misrin 'Terompet', Keliling Indonesia Jualan Terompet
Membuat dan menjual terompet telah dilakoni Misrin, 62 tahun lebih dari separuh perjalanan hidupnya. Hampir semua kota besar di negeri ini telah di jelajahi untuk menjajakan piranti yang banyak diburu saat pergantian tahun itu.
Usianya memang sudah memasuki senja. Namun kecekatan tangan Misrin masih cukup terampil membuat potongan-potongan kertas menjadi berbagai bentuk terompet. Sejak bulan Juni lalu sudah puluhan ribu terompet yang diproduksi dan dipasarkan di beberapa kota di pulau Jawa.
"Produksi terompet ini akan saya bawa ke Pamekasan, Madura, baru jadi sekitar 300-an terompet," kata Misrin kepada ngopibareng.id di rumahnya Dusun Bulak, Desa Sumberaji, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan.
Ratusan terompet yang sebagian sudah dikemas dalam karung itu masih bentuk setengah jadi. Saat berjualan di Pamekasan nanti terompet setengah jadi itu baru akan dirangkai hingga finishing dan dijual di salah satu pusat keramaian kota. Misrin biasanya bisa dua Minggu hingga satu bulan meninggalkan rumah untuk menjajakan terompetnya.
"Biasanya kalau jualan keluar saya kos di rumah warga. Hanya untuk menaruh barang dan tidur malam hari," kata Misrin.
Sejak dua tahun terakhir Misrin berjualan terompet hanya di beberapa kota di Jawa Timur saja. Sakit paru-paru yang dideritanya sejak tiga tahun terakhir ini menjadikan jangkauannya terbatas. Padahal sebelumnya kota-kota besar di berbagai pulau di Indonesia dijelajahi untuk berjualan terompet.
"Dari Bali, Aceh, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera sudah saya jelajahi.Ya jualan terompet ini," ujarnya sambil tertawa renyah.
Penghasilan lebih besar yang menjadi pertimbangannya hingga berjualan lintas pulau. Keuntungan yang dikantongi bisa dua hingga tiga kali lipat dibandingkan jika berjualan di kota di Jawa Timur.
Puluhan jenis dan ukuran terompet telah di ciptakan pria yang rambutnya telah memutih ini. Dari terompet kerucut, model naga, burung, angsa, ayam, saksofon dan ragam lainnya. Bahkan untuk mempercepat produksi sejak lima tahun terakhir ia mampu membuat mesin sederhana untuk mencetak terompet.
Jatuh bangun sebagai perajin terompet sudah kenyang dirasakan Misrin. Menjadi bos terompet dengan karyawan puluhan orang pernah dinikmati hingga bangkrut habis-habisan juga pernah ditelannya.
"Masa kejayaan terompet Bulak sekitar tahun 1985 hingga 2004, saat itu setiap tahun baru bisa memasarkan puluhan ribu terompet," ungkapnya.
Kala itu dirinya mampu mempekerjakan sekira 25 orang karyawan memproduksi terompet. Belum lagi dengan belasan penjual terompet yang menjajakan barangnya.
Setiap berjualan terompet keluar Jawa Misrin selalu mengajak serta istrinya yang bertugas memasak untuk makan anak buah yang menjajakan terompet.
"Di perantauan biasanya sewa rumah satu hingga dua bulan. Anak-anak yang menjajakan terompet tidur dan makan di rumah sewa itu," katanya lagi.
Masa kejatuhan Misrin saat dirinya ditipu beberapa karyawannya. Mereka yang menjualkan terompet membawa kabur uang hasil penjualan. Nilainya hingga puluhan juta rupiah. Selain itu musim yang tidak bersahabat menjadikan usahanya semakin oleng.
"Beberapa tahun selama masa tahun baru saat berjualan di luar Jawa selalu hujan deras. Terompet tidak laku. Rugi besar lagi," ujarnya sambil tersenyum kecut.
Berbagai pengalaman pahit itu toh tak membuat Misrin tumbang. Dirinya masih tetap bangkit menekuni usaha terompet meski bintang terang telah redup.
Yang membuat dirinya bangga, Misrin menjadi cikal bakal usaha terompet di Dusun Bulak, Desa Sumberaji. Dari rintisannya telah lahir perajin dan penjual terompet.
Ratusan warga mampu hidup dari membuat dan menjual terompet. Karena jasanya tersebut oleh orang-orang Misrin lebih akrab dengan panggilan 'MisrinTerompet'. (tok)