Kelaparan, Anak-anak Venezuela Kais Sampah Cari Sisa Makanan
Salah satu dari anak-anak yang kelaparan meneriakkan, "Makanan." Hal itu dilakukan saat mereka berada di tempat pembuangan sampah di Kota Maracaibo, Venezuela. Beberapa tangan kecil menggali ke dalam kantong sampah dan memasukkan isinya ke mulut mereka.
Satu potongan tampak seperti sepotong roti yang basah, sementara yang lain mungkin pisang raja yang setengah dimakan.
Dilansir dari Sky News pada Senin 25 Maret, pemandangan lainnya menunjukkan seorang anak laki-laki menggerogoti dan mengisap tulang binatang. Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia namun jatuh ke dalam krisis ekonomi dan politik yang makin dalam, menyebabkan makanan sulit ditemukan.
Reporter Sky News pertama kali melihat Juan Diego, 11, duduk sendirian, jauh dari anak-anak sampah lainnya. Ayahnya pergi ke Kolombia dan ibunya pergi ke Peru untuk mencari pekerjaan.
Ibunya membawa kedua kakak lelakinya. Dia hanya mengangkat bahu ketika ditanya mengapa dia tertinggal. "Kamu tinggal dengan siapa," tanya reporter Sky News.
"Saya sendirian. Sudah bertahun-tahun, saya selalu sendirian," ujar Diego kecil.
Di Maracaibo mereka memiliki gubernur negara bagian Zulia, Omar Prieto. Namun ada banyak grafiti anti-Maduro saat berkeliling di kota itu. Terdapat tulisan, Maduro Si Pembunuh.
Pemandangan lain disemprotkan dalam huruf raksasa di jendela toko bertuliskan, Maduro Motherf****r. Dukungan untuk Maduro di antara seperlima populasi termiskin telah turun dari sekitar 40 persen pada awal 2016 menjadi 18 persen bulan lalu. Ini menurut statistik yang dihimpun Datanalisis.
Tetapi apakah orang-orang yang kelaparan bisa memicu perubahan di negara ini? Mungkin tidak. Maduro telah berulang kali bersikeras bahwa rakyatnya tidak kelaparan meskipun foto-foto beberapa dari mereka mencari sampah untuk dimakan.
Maduro mengatakan, Venezuela menderita karena dampak sanksi AS dalam perang ekonomi yang diluncurkan oleh musuh-musuh kapitalis negara itu.
Di pinggiran Kota Maracaibo terlihat Erika. Janda itu berjuang untuk membesarkan tiga putranya setelah suaminya meninggal empat bulan lalu.
Erika pergi ke pusat kota membeli kopi kemudian menjualnya dalam porsi yang lebih kecil untuk menghasilkan uang sebanyak mungkin untuk membeli makanan untuk dirinya dan anak-anaknya. Rata-rata ia menghasilkan sekitar 2.000 bolivar sehari, kurang dari satu dolar.
Dengan uang itu, dia dapat membeli dua yuca (sayuran Amerika Selatan) dan satu pisang raja.
Erika menyatakan dengan jelas tentang apa yang harus terjadi pada Presiden Maduro. "Saya pikir dia harus pergi jika dia memang tidak bisa melakukan apa-apa untuk rakyatnya," katanya. (ant)
Advertisement