Bukan Kehebatan Pemimpinnya, Ini Rahasia Muhammadiyah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan, Muhammadiyah itu organisasi besar yang berdiri tegak di atas sistem, dengan amal usaha dan jaringan yang luas.
"Kekuatan Muhammadiyah berada dalam sistem, bukan atas hasrat dan kehebatan individual. Muhammadiyah itu Persyarikatan," tuturnya, Kamis 24 September 2020.
Dalam Berita Tahunan tahun 1927 disebutkan, “Kalimat Syarikat itu berarti kumpulannya beberapa orang untuk melakukan sesuatu dengan semufakat mungkin dan bersama-sama”.
Muhammadiyah sebagai Persyarikatan dalam berpikir, berpendapat, dan bertindak didasarkan pada prinsip-prinsip gerakan seperti Manhaj Tarjih, berbagai pandangan resmi organisasi seperti Kepribadian dan Khittah, serta segala kebijakan dan ketentuan organisasi.
"Itulah koridor Muhammadiyah yang harus ditaati dan dijadikan pedoman oleh seluruh anggota dan kader, lebih-lebih pimpinan di semua tingkatan dan institusi Muhammadiyah. Jangan membawa kemauan dan kehendak sendiri-sendiri, yang melanggar koridor organisasi," tuturnya.
Saat ini Muhammadiyah menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang kompleks, baik di dalam maupun di luar. Masalah keumatan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta datang dan pergi secara bergelombang. Apalagi dalam suasana kehidupan akibat pandemi Covid-19 dengan segala dampaknya.
Masalah internal pun datang silih berganti. Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut penting dikaji dan dimusyawarahkan secara bersama dalam koridor sistem.
"Jangan mempersepsi masalah dan tantangan secara perseorangan, kemudian bersikap dan melangkah berdasarkan pikiran dan kehendak sendiri-sendiri tanpa berpijak pada sistem dan prosedur organisasi," kata Haedar Nashir.
Diingatkan, organisasi akan rusak atau bermasalah dan pecah bila orang yang berada di dalamnya menuruti pikiran dan langkahnya sendiri tanpa memperhatikan dan menaati koridor sistem yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Contoh sudah terlalu banyak, organisasi yang dulunya besar menjadi terpecah-pecah, akhirnya tinggal namanya.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang besar dan tua telah teruji dalam melewati banyak tantangan dan situasi krusial dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan.
Sejak kelahiran dan pertumbuhannya di masa penjajahan Belanda, pada titik kritis kemerdekaan tahun 1945, setelah Indonesia merdeka pada era Orde Lama dan Orde Baru, maupun setelah era reformasi. Karenanya posisikan dan perankan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang memiliki tradisi besar sekaligus sebagai gerbong besar dengan seksama dan tidak boleh gegabah.
Muhammadiyah juga harus tetap diposisikan dan diperankan sebagai Organisasi Islam yang menjalankan misi dakwah dan tajdid, serta sebagai Ormas Keagamaan dan Kemasyarakatan, bukan sebagai organisasi politik sesuai dengan prinsip, Kepribadian, Khittah, dan koridor organisasi yang dipedomaninya.
Muhammadiyah mampu bertahan lama dan menjadi besar karena kekuatan sistemnya. Orang secara subjektif sekuat apapun datang silih berganti, tetapi organisasi dengan koridor sistemnya akan bertahan lama (enduring) yang bersifat objektif.
Karenanya, menurut Haedar, kepada segenap anggota termasuk kader dan pimpinam serta semua institusi Muhammadiyah agar tetap bermuhammadiyah dengan mengikuti prinsip, kepribadian, khittah, dan koridor organisasi dalam menghadapi kondisi eksternal maupun internal.
"Semua anggota dan unsur kelembagaan di lingkungan Persyarikatan agar bertindak dalam kerangka dan koridor organisasi Muhammadiyah, jangan bereaksi dan mengambil langkah sendiri-sendiri," tuturnya.
Kita diingatkan Allah agar tetap dalam satu barisan yang kokoh, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” [QS Ash-Shaff: 4)
Advertisement