Kekuatan Cerita, Begini Dahsyatnya!
Di era digital, story telling (kemampuan bercerita) menjadi faktor penting dalam berkomunikasi. Komunikasi dibangun tak cukup dengan teks, tapi bercerita sebagai suatu kekuatan.
THE POWER OF STORY
Bernie adalah seorang pengusaha kaya dari negara bagian Suffolk, Inggris. Suatu hari di bulan November 2010 lelaki yang sudah cukup berumur itu mengalami perampokan di tengah jalan oleh empat orang pemuda berandalan.
Mereka memukuli Bernie hingga babak belur kemudian merampas jam tangan mewah miliknya. Rupanya para perampok itu mengenali bahwa jam tangan merk Hublot yang sedang ia kenakan itu memang sangat mahal, sekira 3,4 miliar rupiah.
Setelah peristiwa tersebut, Bernie meminta bantuan seorang rekannya untuk memfoto dirinya semata-mata agar ia bisa menceritakan peristiwa yang baru menimpanya langsung kepada CEO Hublot. Sebagai sesama pengusaha, mereka berdua sudah lama saling mengenal.
Maka Bernie mengirimkan foto yang menunjukkan wajahnya penuh luka lebam sambil menuliskan pesan, See what people will do for a Hublot.
"Lihatlah apa yang orang-orang lakukan demi memiliki Hublot."
Ketika melihat foto tersebut dan membaca pesan spontan ditulisnya, sang CEO justru mendapatkan ide untuk menjadikan momentum itu sebagai kesempatan beriklan. Bernie pun setuju dengan ide yang tidak masuk akal tersebut.
Maka jadilah Hublot memuat sebuah konten promosi yang baru dengan wajah Bernie sebagai visualnya, dan kalimat tersebut menjadi tagline iklannya.
See what people will do for a Hublot.
Tak disangka, iklan tersebut sangat menarik perhatian orang-orang dan membuahkan penjualan Hublot yang meledak di pasaran. Demikianlah kisah bagaimana sebuah musibah menjadi anugerah, dan bencana menjadi berguna.
Dari kisah tersebut kita dapat menarik kesimpulan, bahwa orang-orang dari belahan dunia manapun menyukai cerita. Mereka berbondong-bondong membeli Hublot bukan karena produknya, namun karena cerita di baliknya.
Oleh karena itu bagi kita para pedagang, cobalah menggali cerita di balik produk tersebut yang unik dan menarik. Orang-orang akan lebih mudah mengingat produk kita karena ada ceritanya.
Begitu pula bagi para orang tua yang hendak mengajarkan budi pekerti kepada anak-anak, awali terlebih dahulu dengan cerita. Anak pasti lebih tertarik dan gampang mencerna bila ada ceritanya. Bukankah Al-Quran telah perintahkan kita untuk bercerita,
فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
"Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka (lebih mudah) memikirkannya."
(Surat Al-A'raf: 176)
Mungkin itulah sebabnya dalam ilmu komunikasi manusia disebut sebagai homo narrans yang artinya, manusia adalah makhluk pencerita. Karena kita semua senang membuat dan mendengar cerita.
Salam bertumbuh. (Arafat)