Kekosongan Pemimpin? Gus Yahya: Dia Justru Mengeksploitasi Islam
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staqut mengatakan, ada tokoh yang ingin meraih posisi kepemimpinan sosial-politik dengan mengeksploitasi Islam, menggencarkan agitasi politik identitas atas nama Islam untuk menggalang dukungan dan menyerang pihak mana pun yang dianggap lawan.
Gus Yahya -- panggian Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibiin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah -- mengungkapkan hal itu, merespon sejumlah isu yang berkembang di masyarakat akhir-akhir ini. Ia pun mencoba menjawab pertanyaan: Benarkah terjadi kekosongan kepemimpinan umat Islam sehingga umat yang sedang mencari alternatif kemudian menemukannya pada sosok HRS?
"Justru sebaliknya. Ada tokoh yang ingin meraih posisi kepemimpinan sosial-politik dengan mengeksploitasi Islam, menggencarkan agitasi politik identitas atas nama Islam untuk menggalang dukungan dan menyerang pihak mana pun yang dianggap lawan," kata Gus Yahya, dalam keterangan diterima Ngopibareng.id, Minggu 22 November 2020.
Tokoh semacam ini, menurut Gus Yahya, kemudian disokong pula oleh sementara kalangan elit dengan bermacam sumberdaya, termasuk uang dan perlindungan. Pihak-pihak dari kalangan elit tersebut sebenarnya tidak punya motivasi untuk “memperjuangkan kepentingan Islam”, bahkan tidak perduli sama sekali. Mereka hanya ikut menangguk keuntungan dari agitasi yang mengeksploitasi Islam itu dalam berbagai cara. Misalnya, karena yang diserang adalah lawan yang sama.
Umat Islam yang terseret dalam arus eksploitasi agama itu adalah korban seruan-seruan palsu. Memang, mereka punya keluhan-keluhan yang legitimate menyangkut nasib ekonomi, sosial dan politik.
Misalnya, kata Gus Yahya, menyangkut ketimpangan ekonomi, hegemoni politik elit, korupsi, dan sebagainya. Tapi membungkus tuntutan-tuntutan ekonomi dan politik dalam absolutisme identitas agama adalah penyesatan.
"Karena jelas bahwa masalah yang ada bukan masalah identitas agama," kata Gus Yahya, yang beberapa kali melakukan pertemua dialog Islam Damai dengan sejumlah tokoh dunia.
Menurut Gus Yahya, permainan politik semacam ini berbahaya bagi negara. Menimbulkan keresahan yang berpotensi meluas. Mengkerdilkan kecerdasan politik masyarakat. Mempermainkan agama untuk kepentingan duniawi.
Seperti diketahui, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK) bicara mengenai kekosongan kepemimpinan yang menyerap aspirasi masyarakat. Pernyataan itu kemudian menimbulkan beragam suara dari berbagai kalangan sebagian menilai pernyataan JK tidak relevan, sebagian menilai pernyataan itu merupakan kritik konstruktif.
Pernyataan JK itu disampaikan ketika JK mengisi webinar yang diselenggarakan DPP PKS bertajuk 'Partisipasi Masyarakat Sipil dalam Membangun Demokrasi yang Sehat' pada Jumat 20 November lalu, JK menjadi pembicara dalam webinar itu. JK angkat bicara mengenai fenomena Habib Rizieq Syihab (HRS) yang meluas sehingga melibatkan TNI-Polri.
"Kenapa masalah Habib Rizieq Syihab, begitu hebat permasalahannya sehingga polisi, tentara, turun tangan, sepertinya kita menghadapi sesuatu yang guncangnya yang ada. Kenapa itu terjadi, ini menurut saya karena ada kekosongan kepemimpinan yang dapat menyerap aspirasi masyarakat secara luas," kata JK dalam webinar itu.
"Adanya kekosongan itu, begitu ada pemimpin yang karismatik, katakanlah karismatik, begitu, atau ada yang berani memberikan alternatif, maka orang mendukungnya. Ini suatu menjadi, suatu masalah, Habib Rizieq itu adalah sesuatu indikator bahwa ada proses yang perlu diperbaiki dalam sistem demokrasi kita," tutur JK.
Advertisement