Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Jember Tinggi, Begini Respons Dua Cawabup Jember
Isu kekerasan terhadap perempuan dan anak menjadi salah satu topik yang muncul dalam debat publik kedua Pilkada Jember, di Gedung Edelweis Cempaka Hill, Sabtu, 9 November 2024.
Isu tersebut muncul dalam sesi debat yang melibatkan antar calon wakil bupati Jember. Dalam pertanyaan tim perumus yang dibacakan moderator menyebut angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jember tinggi.
Hingga September 2024, tercatat 138 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 181 kasus kekerasan terhadap anak. Bahkan berdasarkan penelusuran wartawan Ngopibareng.id, angka kekerasan terhadap perempuan dan anak terus meningkat pada bulan September 2024. Tercatat ada 369 kasus yang terdiri atas 149 kekerasan terhadap perempuan dan 219 kekerasan terhadap anak.
Atas tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut, tim perumus menilai implementasi regulasi di Kabupaten Jember sampai saat ini belum optimal.
Atas pertanyaan tersebut, calon Wakil Bupati Jember paslon 01, Gus Firjaun mengatakan, sejauh ini Pemkab Jember telah membuat Perda Kabupaten Layak Anak (KLA). Hal itu sebagai komitmen untuk melindungi perempuan dan anak di Kabupaten Jember, serta kelompok rentan lainnya.
Sebagai tindak lanjut dari perda tersebut, Pemkab Jember telah membuat pusat informasi konseling remaja yang tersebar di 62 sekolah dan 110 lingkungan desa dan kelurahan. Ada juga forum anak yang tersebar di 31 kecamatan. Bahkan saat juga telah terbentuk gugus tugas Kabupaten Layak Anak.
Atas capaian tersebut, Kabupaten Jember mendapatkan penghargaan sebagai Kabupaten Layak Anak tingkat Madya pada tahun 2021. Pada tahun 2022 dan 2023 ada peningkatan. Jember mendapatkan penghargaan sebagai KLA peringkat Nindya.
“Penghargaan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak sudah kita raih, saat ini meningkat menjadi Nindya. Saat ini sedang kita kejar untuk mendapatkan peringkat utama. Hal itu bisa dicapai kala melanjutkan, bukan dari nol lagi,” tuturnya.
Gus Firjaun menegaskan, capaian tersebut bukan hanya berkaitan dengan regulasi tetapi juga terkait implementasi. Kendati demikian, dengan data kekerasan terhadap perempuan dan anak yang masih tinggi menjadi pekerjaan rumah yang akan diselesaikan pada periode berikutnya.
“Karena angkanya masih tinggi akan menjadi PR kita tuntaskan pada periode mendatang,” pungkasnya.
Sementara calon Wakil Bupati Jember nomor urut 02, Djoko Susanto mengatakan, tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Jember menjadi bukti nyata. Sedangkan penghargaan yang didapat terkait KLA masih sebatas regulasi.
“Artinya apa yang dilakukan pemkab Jember masih sebatas aspek struktur. Sebatas membuat regulasi tetapi belum masuk wilayah pelaksanaan.
Terbukti dengan angka kekerasan yang masih tinggi,” pungkasnya.