'Kejengkolan', Makan Jengkol Waktu 'Weekend'
Hal-hal lucu di tengah masyarakat terjadi ketika ada nilai kontroversi dan ironi. Di sinilah humor dihadirkan dan lelucon pun bisa diciptakan.
Faedahnya, tentu saja, untuk mengurangi ketegangan. Dengan lelucon, kita bisa leluasa membangun kesegaran dalam suatu pergaulan. Seperti disampaikan Fachry Ali, pengamat sosial politik (berdarah Aceh tinggal di Jakarta), berikut:
Di kebun kami, di Ragunan, Pasar Minggu Jakarta, ada batang pepaya yang tangkai buahnya menjulur hingga ke bawah. Penduduk sering datang meminta daun pepaya tersebut. Ini kejadian pada 1960-an hingga awal 1970-an.
Mengapa mereka minta?
Rupanya sebagai obat ‘kejengkolan’. Saya tidak tahu apa istilah teknikal-medis untuk ‘kejengkolan’ itu. Yang saya lihat adalah seseorang yang makan jengkol terlalu banyak telah membuatnya tidak bisa kencing.
Nah, obatnya adalah rebusan daun pepaya di atas. Dengan meminum airnya, ‘kejengkolan’ bisa diatasi. Saya tidak tahu apakah Saleh Abdullah (adik dari Fachry Ali, Red) tahu penyakit ‘kejengkolan’ ini. Maklum, Saleh Abdullah anak kota. Sedang saya anak kampung pinggir Jakarta.
Pertanyaannya adalah bagaimana mengobati ‘kejengkolan’ tersebut jika tak ada pohon pepaya gantung? Atau, walau ada, daunnya telah habis dikonsumsi mengobati lainnya?
Saya pernah menyaksikan sebuah peristiwa menarik, sehubungan dengan ini. Ketika daun pepaya gantung tak ditemui, seseorang menceboki pantat kucing. Lalu airnya diminumkan kepada yang ‘kejengkolan’. Begitulah kisah Betawi 1960-an dan awal 1970-an.
‘Makan Jengkol Waktu Week end’
Sekedar lucu-lucuan (untuk melupakan hari-hari di masa pandemi Covid-19). Kemarin catatan saya berjudul ‘Kejengkolan’. Adik saya Saleh Abdullah, nyang katanye anak kota, ternyata makan jengkol juga.
Yang menarik, adik saya yang tinggal di Jatipadang, Pasar Minggu, nimbrung.
‘Saya juga makan jengkol. Tapi hanya waktu week end.’ (Redaksinya tidak persis seperti itu).
Dan saya tanggapi: ‘Wah, kalau makan jengkol, kayaknya kurang pas ditempel dengan kata week end.’
Eh, dia setuju.
Advertisement