Keistimewaan Puasa Asyura 10 Muharram, Ini Doa Niatnya
Hari Asyura adalah hari kesepuluh di bulan Muharram. Hari Asyura yang istimewa ini ada di dalam bulan Muharram yang juga diistimewakan Allah.
Bulan Muharram merupakan satu di antara empat bulan lainnya, yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Rajab, yang diagungkan dan disucikan oleh Allah Swt.
Kata Muharram itu sendiri secara bahasa menegaskan keharaman melakukan kezaliman dan kemaksiatan di dalamnya, di samping kesucian dan keagungannya.
Direktur Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), Muchlis M Hanafi menjelaskan, karena kemuliaan bulan Muharram, Allah melarang perbuatan zalim dan maksiat karena dosanya yang dilipat gandakan dibanding bulan-bulan lain (QS. At-Taubah: 36).
“Satu kemuliaan bulan Muharram adalah keberadaan hari Asyura, yang merupakan hari kesepuluh di bulan tersebut,” tutur Doktor Tafsir, Alumni Al-Azhar Mesir ini.
Menurut Muchlis M Hanafi, kata Asyura populer setelah masa Islam, meskipun sebelum itu bangsa Arab telah memuliakannya.
Kisah dalam Al-Quran
Dikisahkan pada hari Asyura, Rasulullah Saw memerintahkan umatnya untuk berpuasa, karena memiliki kedudukan yang sangat luar biasa.
Beliau sangat mengutamakan berpuasa di hari itu dibanding hari-hari lainnya. Hadis Riwayat Muslim yang menyebutkan keistimewaan Hari Asyura.
Yukaffiru al-sanatal mâdhiyata.
Artinya:
Akan menghapuskan dosa-dosa selama satu tahun sebelumnya.
Bangsa Arab pada masa jahiliyyah (sebelum Islam datang) juga memuliakannya dengan berpuasa. Begitu pula dengan orang-orang Yahudi yang ada di Madinah.
Bacaan Niat Puasa Asyura
Adapun bacaan niat puasa Asyura yaitu:
nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnatil aasyuuraa lillaahi ta'aalaa.
Artinya:
Aku berniat puasa sunnah Asyura karena Allah Swt.
Wasiat Rasulullah
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (Saw) telah bersabda: Hari diturunkannya Nabi Adam dan diampuni segala dosanya, pada hari itu jg perahunya Nabi Nuh mendarat ke daratan setelah 40 hari seluruh dunia dilanda banjir, pada hari itu jg Nabi Musa diselamatkan oleh Alloh dari kejaran Raja Fir’aun dan pasukannya. Pada hari itu juga, Fir’aun dan pasukannya ditenggelamkan oleh Alloh di laut merah (HR. Imam Ahmad di kitab Musnad).