Karena Bercadar Dokter Ferihana Jadi Korban Bully
BERCADAR tak menjadi halangan bagi muslimah asal Yogyakarta, bernama Ummu Sulaym Ferihana Zaujatu Yoebal, untuk mendirikan layanan klinik gratis dan beramal untuk masyarakat miskin dan kurang mampu.
Sejak 2012, Dokter yang biasa dipanggil Ferihana ini mendirikian klinik 'Rumah Sehat Muslim dan Dhuafa Yogyakarta' yang terletak di Dusun Sumberan Nomor 297 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Di klinik ini, pasien yang tergolong miskin tidak dikenakan biaya sepeserpun. Bahkan bagi yang mampu dan ingin berinfaq ia hanya menyediakan kotak infak. Artinya ia hanya meminta tarif seikhlasnya.
“Saya mendirikan klinik ini tahun 2012. Ini rumah saya. Tidak dipungut biaya, mereka serelanya saja memasukan ke kotak infak. Kalau tidak punya uang, ya tidak memasukan juga tidak apa-apa ” ujar dokter Ferihana, diwawancarai di salah satu stasiun televisi, Kamis (28/7).
Berawal dari keprihatinan Ferihana. Ia melihat warga miskin cenderung enggan berobat karena karena takut dengan biaya pengobatan yang tak murah. Dari keprihatinan itu, dokter lulusan Universitas Islam Indonesia (UII) ini lantas berinisiatif membuka klinik dirumahnya.
Ia tidak pernah membedakan pasien antara perempuan dan laki-laki, atau bahkan muslim dan non muslim, baginya, menolong orang tak bisa dilakukan dengan memilah agama, etnis, kelompok atau golongan tertentu saja.
"Ditempat kami walau namanya muslim tapi semua dari agama apapun, suku apapun, bahkan dari etnis Tionghoa rutin berobat ke tempat praktek saya," katanya.
Kendati demikian, hal sulit masih saja menerpa dokter bercadar ini, masih saja ada pihak yang menghina dan merendahkannya serta menuduhnya sebagai dokter gadungan, malpraktik, pencitraan, istri teroris, tapi tak membuatnya menjadi pesimis terhadap perkataan orang lain kepadanya.
Baru-baru ini, di media sosial ia mandapat komentar negatif dari salah seorang Netizen yang mempunyai akun bernama Wei Young. Ferihana bahkan disebutnya sebagai dokter yang munafik dan memuakkan.
"Tuntutan profesi anda sbg dokter adalah untuk melayani masyarakat dgn budaya yang beraneka-ragam, apakah layak & sepantasnyaanda berdanda spt itu sekalipun itu atas nama agama anda?" komentar Wei Young di facebook page program televisi dimana Dokter Ferihana diwawancarai.
Ia bahkan mengatakan, dengan berpakaian tertutup disertai bercadar seperti itu, Ferihana menunjukan sikap yang provokatif, dan tak terbuka serta empati kepada pasiennya.
"Sebagai seorang dokter & manusia anda sungguh MUNAFIK & MEMUAKKAN," kata Wie Young mengakhiri komentarnya.
Menanggapi kritikan netizen itu, Ferihana mengatakan Empati tidaklah dinilai dari pakaiannya.
"Empati tidaklah dinilai dari pakaian, namun dari bukti nyata berupa kasih sayang dan pelayanan kita kepada masyarakat," tulis Ferihana menjawab komentar netizen itu.
Ferihana mengatakan dirinya adalah seorang dokter yang terikat dengan sumpah profesi. Ia tak pernah membedakan pelayanan dari jenis kelamin, suku, agama dan ras apapun, meskipun berpenampilan seperti itu.
"Bapak juga perlu mengetahui, bahwa apa yang saya lakukan ini diakui oleh teman-teman saya yang non muslim, dan mereka menyayangi saya karena saya tak pernah sekalipun bersikap membedakan dengan mereka" tulisnya.
"Dalam agama saya, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam mengajarkan untuk senantiasa mengasihi sesama. Bahkan, Nabi menyantuni kerabat dan tetangga beliau yang bukan muslim, baik itu Yahudi dan Nasrani. Dan itu tertulis nyata dalam ayat dan hadits shahih yang tak ada keraguan akan kebenarannya. Inilah yang selalu saya terapkan dalam sikap saya bermasyarakat," lanjutnya.
Diakhir Ferihana meminta netizen itu agar menjaga lisan dan tulisan.
"Sungguh lisan dan tulisan kita adalah cerminan dari apa yang ada dihati kita. Jika apa yang keluar melalui lisan dan tulisan adalah baik, maka itulah cerminan baiknya hati kita. Demikianlah pula sebaliknya," tandasnya. (frd)