Kehilangan Jip, Buruh, Konglomerat dan Jenderal Makan di Restoran
Tak perlu aktor politik terkeren untuk menghadirkan humor. Justru kekonyolan orang-orang di bar, di restoran, bisa menjadi bahan ketawaan.
Semua memang humor mempunyai wilayahnya sendiri. Mempunyai target ketawaan tersendiri. Mari kita nikmati fragmen humor ini.
Kehilangan Jip, Seisi Bar pun Diancam
Amrin Pembolos masuk sendirian ke sebuah bar di Jalan Tunjungan, lalu pesan satu gelas bir. Dia minum itu bir pelan-pelan, tapi sebelum habis dia keluar sebentar.
Didapatkannya bahwa jip yang dibawanya tadi tidak ada lagi di tempat parkir.
Ia masuk kembali ke bar dan mencabut pistolnya, lalu menembakkannya ke atas sambil berteriak, "Siapa di antara busyet-busyet di sini yang berani mencuri jip gua?"
Tak ada seorang pun dalam bar itu yang berani menjawab.
Amrin menaruh pistolnya di meja, lalu teriak lagi, "Oke, deh. Gua pesan satu gelas bir lagi dan kalau nanti gua habis minum itu jip gua kembali lagi di tempatnya, gua bakal lakukan apa yang gua lakukan di Mangga Besar!"
Ia pesan segelas bir lagi, dia tenggak, lalu dia melangkah ke luar. Eh, itu jip memang betul sudah kembali ke tempatnya. Maka dia pun naik ke mobilnya tapi kemudian teringat bahwa dia belum bayar birnya.
Waktu Amrin mau membayar, si penjaga bar bertanya, "Emangnya apa nyang dulu Ente lakuken di Mangga Besar?"
Amrin: "Maksud lu waktu jip gua nggak kembali?". Si penjaga bar mengangguk.
Amrin: "Ya gua pulang, jalan kaki."
Buruh Tani, Konglomerat, dan Jenderal Makan di Restoran
Tersebutlah tiga orang bersaudara. Seorang buruh tani, seorang konglomerat, dan seorang jenderal masih bersaudara. Sang konglomerat mengajak mereka ke restoran "steak" yang terkenal di Jakarta.
Tapi mereka datang agak terlambat. Begitu masuk, si pelayan utama restoran itu dengan sopan menemui mereka dan mengatakan, bahwa restoran tak bisa melayani lagi.
"Maaf, kami kekurangan daging impor," kata sang pelayan.
Buruh tani bertanya, "Daging impor itu apa, sih?"
Si konglomerat bertanya, "Kekurangan itu apa?"
Sedangkan si jenderal bertanya, "Maaf itu apa?"
Advertisement