Kegigihan Sang Pelukis Mulut dan Kaki ini Arbain di Nabawi
Meski memiliki keterbatasan fisik, tak menyurutkan niat Agus Yusuf, 56 tahun untuk berangkat haji ke tanah suci. Meski harus didorong dengan kursi roda oleh istrinya Sri Rohmatiah, 46 tahun, jemaah asal embarkasi Surabaya ini melaksanakan arbain (sholat 40 waktu tanpa terputus) di Masjid Nabawi.
Sepasang suami istri yang berasal dari kloter 15 rombongan 10 begitu gigih setiap waktu untuk mengikuti shalat wajib bersama-sama jemaah dari berbagai negara di Masjid Nabawi.
Agus Yusuf merupakan jemaah haji yang terlahir istimewa tidak memiliki kedua tangan yang sempurna, karena hanya ada lengan bagian atas. Begitu juga bagian kaki kanannya hanya separoh dari sempurna. Awal 2011, Agus Yusuf bersama istrinya mendaftar haji dan sesuai estimasi keduanya berangkat tahun ini.
"Alhamdulillah, terbukti tahun 2023 nama saya ada pada nomor paling bawah sendiri dan bisa berangkat," kata Yusuf yang mengaku tidak ada kendala apa pun, saat ditemui di Madinah, Jumat, 2 Juni 2023 malam waktu Arab Saudi.
Bahkan, saat istrinya menempati kamar di lantai 10 dan dirinya di lantai 7, tidak mempengaruhi ibadah keduanya untuk melaksanakan shalat Arbain atau shalat fardhu dalam 40 waktu.
Ditanya terkait dengan kondisi fisiknya apakah berpengaruh dan menjadi kendala terhadap rangkaian ibadah yang harus dijalani, Yusuf mengaku pasrah.
"Saya sudah pasrah kepada Yang Maha Kuasa, sudah memiliki tekad bulat menjadi tamu Allah, bisanya ya berserah kepada Yang Kuasa. Wudlu dan lainnya dbantu istri. Kalau ke masjid, pakai kursi roda," kata ayah dua anak yang mahir menyetir mobil ini.
Ia menceritakan sebenarnya dirinya mandiri, dapat beraktivitas sendiri dan baru memakai kursi roda sejak 2020, karena radang sendi terjadi akibat pengapuran.
Pelukis Mulut Kaki
Dengan keistimewaannya sejak lahir, Allah memberikan kelebihan kepada Yusuf berupa hobi melukis dengan menggunakan mulut juga kaki sejak kecil kelas 2 sekolah dasar (SD) dan mulai kelas 5 SD, banyak memenangkan turnamen melukis yang ia ikuti sampai akhirnya berhasil masuk sebagai anggota Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA).
"Proses sejak saya mendaftar dan mengumpulkan seluruh persyaratan seperti keterangan dokter dan menyerahkan enam lukisan asli, butuh waktu sembilan bulan. Tepat 9 September 1989 saya dipanggil AMFPA perwakilan di Jakarta untuk pembuktian," kata Agus Yusuf.
Sebulan setelah itu, katanya, dirinya diterima dalam AMFPA sebagai calon anggota, karyanya dikirimkan untuk menjadi hak mereka, dan dirinya mulai mendapatkan upah.
"Untuk mendaftar haji, uang dari melukis saya buat pos-pos. Pos untuk naik haji, pos untuk biaya hidup sehari-hari, dan lain-lain," kata Agus Yusuf.
Keinginan mendaftar haji, kata Agus Yusuf, sangat kuat karena bekal agama sejak kecil yang menekankan bahwa dunia hanya sementara, tempatnya ujian, dan ibadah haji sangat penting sebagai bekal kembali kepada-Nya.
Doa di Tanah Suci
Agus Yusuf dan istri menceritakan ada banyak doa yang sudah dan akan selalu dipanjatkan di antaranya, bisa mendapat haji mabrur serta anak dan penerusnya menjadi anak yang soleh solehah.
"Haji adalah ibadah istimewa, saya sudah dikasih kenikmatan dari Allah begitu banyak, di dunia banyak dosa, usia mulai tua, maka harus meminta ampunan agar mendapatkan kenikmatan di akhirat," kata Yusuf.
Terkait profesinya, Yusuf juga berharap bisa menghasilkan karya yang berbobot dengan melakukan ikhtiar selalu belajar dan mengambil kursus ke sejumlah kampus di antaranya UNS dan IKIP Surabaya.
"Di AMFPA ada beberapa jenjang keanggotaan mulai dari calon, anggota, dan full member. Sekarang masih anggota, inginnya ke depan jadi full member yang keanggotaannya terbatas hanya 40 orang," kata Yusuf sembari menceritakan dengan menjadi full member memiki benefit jauh lebih banyak.
Bahkan meskipun saat ini masih dalam tingkatan sebagai anggota, Agus Yusuf tidak hanya mendapatkan upah, tetapi mendapatkan jaminan saat sakit, meskipun tidak bisa mengirimkan karya atau lukisan.
Advertisement