Kedepankan Aspek Safety, JTB Dinyatakan Aman dari Paparan Radiasi
Lapangan Unitisasi Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) dinyatakan bebas dari paparan radiasi MIR, mineral logam yang bersifat radioaktif dari kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi.
Demikian hasil yang disampaikan oleh Nuclear Energy Regulatory Agency atau Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) usai melakukan kunjungan lapangan guna memantau mineral ikutan radioaktif (MIR) di Gas Processing Facility (GPF) JTB, Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur.
MIR merupakan mineral logam atau non-logam ikutan bersifat radioaktif yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi, serta industri lainnya.
Untuk itu, Bapeten bekerja sama dengan PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 melakukan pemeriksaan dan pemantauan di sekitar fasilitas JTB untuk mendapatkan data awal sebagai baseline penyusunan kebijakan keselamatan dan keamanan kerja secara komprehensif di masa mendatang.
Bapeten mencatat angka paparan sekitar 0,05 - 0,11 microSievert/jam yang berarti kondisi ini aman. Kondisi tidak aman dan dibutuhkan pengawasan bilamana angka yang dihasilkan di atas 0,5 microSievert/jam.
Manager HSSE Operations Zona 12 Benny Rahadian dalam kesempatan tersebut menyambut baik kerjasama ini karena kegiatan ini secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi JTB.
Menurut Benny, dengan adanya pemantauan lapangan, maka kondisi MIR di JTB dapat diketahui statusnya.
"Alhamdulillah, dari hasil pemantauan dari Bapeten JTB hasilnya cukup aman. Karena JTB ini dapat dibilang fasilitas baru maka dengan adanya informasi ini database keselamatan terkait potensi radiasi menjadi lebih lengkap. Semakin awal diketahui, tentu akan semakin baik karena kita bisa mengantisipasi situasi kedepan," katanya.
Sementara, Kepala Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir (P2STPIBN)-Bapeten Judi Pramono mengatakan, kegiatan pengumpulan data ini merupakan kerangka awal untuk kajian penerapan kebijakan dan strategi pengawasan mineral ikutan radioaktif di industri minyak & gas di Indonesia.
Data ini akan dijadikan sebagai dasar pengukuhan dan penerapan budaya keselamatan kerja di lingkungan industri beresiko tinggi.
"Kita telah melakukan pengukuran paparan radiasi di hampir seluruh spot di JTB. Dan sejauh ini hasilnya tidak ada limpahan paparan. Aman," katanya.
Ditambahkannya, observasi di beberapa lokasi JTB oleh Bapeten tidak menemukan adanya tingkat radiasi yang melebihi ambang batas. Semua kawasan dalam keadaan normal.
Hasil pengukuran menunjukkan paparan yang ada di seluruh instansi sama nilainya sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tempat-tempat maupun fasilitas di semua spot yang ada potensi sedimen dipastikan tidak ada paparan radiasi yang melebihi ambang batas. Semuanya pada nilai dasar jadi tidak ada bahaya radiasi di JTB.
Dalam kesempatan tersebut, Bapeten mengakui juga banyak belajar dari Pertamina EP Cepu Zona 12. Baik terkait dengan peningkatan budaya keselamatan, maupun data terkait radioaktif.
Safety culture di lingkungan migas menjadi insight yang penting dalam penyusunan peraturan budaya keselamatan kerja di industri Tenaga Nuklir. Best practice yang ada di JTB ini dapat diterapkan di dunia industri lainnya.
"Pengalaman dari JTB ini sangat bermanfaat bagi kami, karena data ini sangat penting dan dibutuhkan untuk database. Ke depan, kami juga akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Dirjen Migas dan SKK Migas," katanya.