Kedelai Naik Lagi, Perajin Tahu dan Tempe Pusing Untung Tipis
Harga kedelai sejak sekitar dua pekan lalu kembali naik, dari Rp8.000 menjadi Rp10.100 per kilogram (kg). Puluhan perajin tempe dan tahu mengaku pusing karena keuntungan mereka semakin menipis dengan naiknya kedelai.
“Ya perajin tempe seperti saya jelas pusing, wong kedelai itu bahan baku utama harganya melambung,” ujar Nur Alif, perajin tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Jumat, 28 Mei 2021.
Ketika kedelai yang awalnya Rp8.000 naik menjadi Rp10.100 per kg, Alif mengaku menjual tempenya dengan harga tetap. Sehingga keuntungan perajin tempe semakin menipis.
“Jangan ngomong keuntungan, bisa cukup untuk makan sehari-hari saja sudah bagus,” katanya. Dikatakan yang penting produksi tempe rumahan itu tetap berjalan meski terseok-seok.
Disinggung apakah kedelai yang naik itu merupakan kedelai impor dari Amerika Serikat (AS), Alif yang juga Ketua RT 3/RW2, Kelurahan Sumbertaman itu membenarkan. “Jelas kedelai impor, soalnya kedelai lokal sulit dicari dan kurang bagus untuk bahan baku tempe, kalau untuk bahan baku tahu masih bisalah,” katanya.
Keluhan serupa diungkapkan Nur Hidayat, pengusaha tahu di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo. “Kalau kedelai sekarang istilahnya bukan naik lagi tetapi sudah gila-gilaan,” ujarnya.
Seingat Kang Dayat, panggilan akrab Nur Hidayat, kedelai mulai merangkak naik sejak sebulan lalu. Tetapi sejak dua pekan lalu harganya semakin nak gila-gilaan sehingga tembus di atas Rp10.000.
“Saya biasanya kulakan 1 ton kedelai tinggal nelepon nanti ada yang mengantar ke rumah,” ujar mantan wartawan itu.
Kedelai 1 ton itu cukup untuk bahan baku tahu selama dua minggu. “Meski kedelai melambung, harga tahu saya jual tetap, Rp10.000 per bak. Setiap hari saya memroduksi 18 bak tahu,” kata pria kelahiran Bayuwangi itu.
Kang Dayat menjelaskan, setiap hari mengunakan kedelai 70-100 kg. Hasilnya sebanyak 18 bak tahu. "Satu bak berisi 300 butir tetap saya jual dengan harga sama, Rp 80.000,” katanya.
“Tahu produksi saya khas Banyuwangi ukurannya 70 x 70 centimeter per bak, kalau tahu kebanyakan ukuran 40 x 40,” sambung dia.
Kang Dayat menceritakan, sebenarnya tidak hanya sekarang ini saja kedelai naik. Sebelumnya, akhir Desember 2020 lalu, harga kedelai juga naik. Kemudian memasuki Januari 2021, harga kedelai tetap bertengger di atas Rp10.000 per kg.
Februari, Maret, April 2021, harga kedelai kembali di bawah Rp10.000 per kg. “Tidak tahu kok Mei ini kedelai naik lagi sehingga bikin pusing perajin tahu, juga teman-teman perajin tempe,” ujarnya.
“Untunglah, para perajin tempe di Kampung Tempe, Sumbertaman tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19, dan sekarang dihantam mahalnya kedelai impor,” kata Rebudi, Ketua RW 2, Kampung Tempe, Kelurahan Sumbertaman.
Rebudi, salah satu penggagas Kampung Tempe mengatakan, di RW 2 terdapat 32 perajin tempe rumahan. “Belum di ‘RW sebelah’ yakni, RW 3, juga ada sebanyak 35-an perajin tempe. Yang jelas, tempe yang beredar di Probolinggo sebagian besar dipasok Sumbertaman,” katanya.
Advertisement