Kedelai Mahal, Produsen Tahu di Banyuwangi Pilih Kurangi Ukuran
Para pengusaha tahu di Banyuwangi mulai merasakan dampak tingginya harga kedelai. Mereka harus memutar otak agar usahanya tetap berjalan di tengah harga bahan baku yang selangit. Salah satunya dengan mengurangi ukuran tahu.
Salah satu pengusaha tahu di Banyuwangi, Suliatun, dalam sehari dirinya rata-rata membutuhkan kedelai sebanyak 150 kg. Menurut perempuan 65 tahun ini, harga kedelai di pasaran sudah mencapai Rp 10.500 per kilogram. Bahkan ada yang mencapai Rp 11.000 kilogram.
"Kisarannya antara Rp10.500 sampai Rp11.000 per kilogram. Tergantung mereknya," jelas warga Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Banyuwangi ini, saat ditemui Ngopibareng.id di tempat usahanya, Rabu, 16 Februari 2022.
Sebenarnya, kata Suliatun, harga kedelai cukup fluktuatif sejak tahun 2021. Namun, harganya masih berada pada kisaran Rp 7.000 sampai Rp 9.000. Belum pernah mencapai angka Rp 10.000.
"Baru pada awal tahun 2022 ini harganya mencapai angka 10 ribu rupiah dan naik terus setiap seminggu atau 10 hari," tegasnya.
Suliatun mengaku, saat ini para produsen tahu di Banyuwangi sudah banyak yang mengeluh terkait tingginya harga kedelai ini. Meski demikian, mereka mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka juga tidak ingin menaikkan harga jual tahu.
Perempuan yang sudah menjadi produsen tahu sejak tahun 2003 ini menyatakan, opsi menaikkan harga tahu sangat tidak mungkin dilakukan. Sebab, jika harga tahu dinaikkan maka pelanggan akan berpindah atau memilih tidak membeli tahu.
"Kalau saya memilih untuk mengurangi ukuran tahu. Jadi harganya tidak naik, cuma ukurannya saja yang sedikit saya kurangi," ungkapnya.
Suliatun mengaku, dirinya sudah sekitar 10 hari ini mengurangi ukuran tahu agar tetap bisa produksi. Selain itu, untuk menekan biaya produksi dirinya juga terpaksa ikut turun tangan dalam produksi tahu.
"Kalau saya tidak ikut kerja, biaya produksi semakin tinggi," pungkasnya.