Kedelai Mahal, Perajin Tempe di Surabaya Tolak Mogok Produksi
Harga kedelai kembali melonjak dari harga Rp 9.000 menjadi Rp 11.000. Lonjakan harga itu meningkatkan biaya produksi tahu-tempe di Indonesia. Menyikapi hal itu, para perajin tempe dan tahu di wilayah Jabodetabek dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) mengajak mogok produksi selama tiga hari. Mulai 21 sampai 23 Februari 2022.
Saat hal ini ditanyakan kepada salah satu perajin tempe di Surabaya, Jarwo Susanto, ia mengaku kurang setuju dengan mogok produksi agar harga kedelai diturunkan.
"Saya tahu dari baca berita, tapi kalau di Surabaya belum ada info lebih lanjut apakah akan ikut mogok juga apa tidak. Tapi kalau kedelai naik memang iya sejak 3 atau 4 hari lalu," ungkap perajin tempe di daerah Putat Jaya Surabaya ini.
Perajin tempe berusia 40 tahun ini mengatakan, belum ada info pasti mengenai mogok produksi akan dilakukan di Surabaya atau tidak.
"Belum ada info mau mogok atau tidak. Biasanya kalau mogok agennya kasih info, sampai saat ini belum ada info mogok atau tidak," kata Jarwo Susanto.
Menurut Jarwo Susanto, aksi mogok produksi yang sebelumnya dilakukan hanya membuat harga kedelai turun sedikit, setelahnya tetap naik lagi.
"Sebenarnya kalau mogok percuma efeknya cuma turun sedikit lalu naik lagi. Kalau demo bisa turun. Kalau gak produksi malah kasihan pedagang tempenya, jadi dapat tempe harga mahal," jelasnya.
Kendati demikian, Jarwo Susanto tidak bisa memastikan akan mengikuti mogok produksi atau tidak. Sebab, bila agen kedelainya libur atau mogok di tanggal tersebut, Jarwo Susanto tidak bisa berproduksi.
"Kalau agennya libur ya, gimana lagi kita ikut libur karena tidak ada yang memasok kedelainya," ceplosnya.
Meskipun harga kedelai naik cukup signifikan sejak Desember 2021 lalu, Jarwo Susanto tidak menaikkan harga jual tempenya. Ia berlapang dada menerima keuntungan yang berkurang 30 sampai 40 persen dari biasanya.
"Ya, keuntungannya berkurang karena kedelai naik ini. Karena kita kalau naikkan harga takut pelanggan pergi, jadi menerima kalau keuntungannya dikit," imbuhnya.
Ia pun berharap harga kedelai bisa kembali normal di harga Rp 7.000 atau Rp 8.000. "Harapannya harganya kembali normal ya, kalau naik terus kita juga jadi gak semangat bikinnya," ucap dia sambil tersenyum.
Diketahui, setiap harinya Jarwo Susanto membutuhkan 25 kilogram kedelai untukĀ memproduksi 400 kotak tempe. Tempe produksinya itu dijual seharga Rp 1.000 sampai Rp 2.000 tergantung ukurannya.
Advertisement