Kedelai Mahal, Perajin Tempe dan Tahu di Surabaya Ikut Aksi Mogok
Harga kedelai kembali melonjak dari harga Rp 9 ribu menjadi Rp 11 ribu. Membuat perajin tempe dan tahu di Indonesia semakin merana, menyikapi hal ini para perajin tempe dan tahu akan melakukan mogok produksi pada tanggal 21 hingga 23 Februari 2022.
Paguyuban perajin tempe dan tahu di Surabaya juga sudah melakukan rapat bersama menyikapi aksi mogok tersebut. Surat pemogokan produksi sudah tersebar di semua perajin tempe dan tahu di Surabaya tertanggal 15 Februari No. 01/PPT/Jatim/II/2022.
Salah satu perajin tempe di kampung tempe di Tenggilis Kauman Gang Buntu, Ghofur Rochim mengaku akan mengikuti aksi mogok tersebut karena sejauh ini tidak ada intervensi dari pemerintah atas kenaikan harga kedelai.
"Saya sudah terima surat imbauan mogok tersebut, saya akan ikuti pemogokan produksi tempe dan tahu. Karena sampai saat ini harga kedelai tinggi per kilogramnya mencapai Rp 11 ribu," katanya.
Ghofur mengungkapkan, kenaikan harga kedelai ini mempengaruhi pendapatan dan biaya produksi tempe. "Mulai 2021 naik terus harganya, akhirnya pengaruh ke produksi tempe," ujarnya.
Ia menyampaikan, terpaan pandemi Covid-19 saja sudah mengurangi produksinya. Semula tempe yang dihasilkan bisa mencapai 1 kuintal, kini hanya 75 sampai 80 kilogram per hari. Ditambah lagi naiknya harga kedelai tentu pendapatannya semakin berkurang.
"Pandemi saja sudah berkurang apalagi kedelai terus naik harganya. Kami ikut mogok agar pemerintah mau mendengarkan kami," tambahnya menegaskan.
Perajin yang sudah memproduksi tempe sejak tahun 90an itu mengatakan, selama ini Pemkot Surabaya hanya satu kali saja memberikan intervensi. Di tahun 2021. Ketika Pemkot menyubsidi harga kedelai menjadi Rp 8 ribu per kilogram. Tapi hal ini hanya terjadi satu hari saja, selanjutnya tidak ada.
Ghofar berharap Pemkot hadir untuk memberikan intervensinya dalam menstabilkan harga kedelai. Agar perajin tidak dibebankan oleh biaya produksi yang mahal tapi pendapatan semakin menurun. "Ya harapannya pemerintah bisa hadir. Secepatnya agar harga kedelai turun dan kami bisa produksi," harapnya.
Aksi mogok ini juga disikapi beragam oleh pengrajin tempe di Surabaya. Ada pula yang tidak setuju atau tidak ingin mengikuti aksi mogok, seperti yang diungkapkan Jarwo Susanto, pengrajin tempe Putat Jaya.
"Sebenarnya kalau mogok percuma efeknya cuma turun sedikit lalu naik lagi. Kalau demo bisa turun. Kalau gak produksi malah kasihan pedagang tempenya, jadi dapat tempe harga mahal," jelasnya.
Kendati demikian, Jarwo tidak bisa memastikan akan mengikuti mogok produksi atau tidak. Sebab, bila agen kedelainya libur atau mogok di tanggal tersebut, Jarwo juga akan libur. "Kalau agennya libur ya, gimana lagi. Kami ikut libur karena tidak ada yang memasok kedelainya," ujar Jarwo.