Kecewa Wasit, Muaythai Jatim Mundur dari Kejurnas
Kontingen Muaythai Jawa Timur memilih mundur dari babak final Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Muaythai VI Junior dan Senior Piala Bergilir Kapolri, KSAD, dan Kemenpora 2018 di GOR Soemantri Brojonegoro, Jumat (30/11/2018).
Keputusan itu diambil langsung oleh Manajer Muaythai Jatim, Iwan Wijaya yang langsung menyampaikannya kepada Ketua Pengurus Besar (PB) Muaythai Indonesia (MI), Sudirman.
Kepada Sudirman, yang beberapa waktu lalu diberhentikan dari jabatannya sebagai Ketua BAORI oleh KONI Pusat, Iwan mengaku kecewa dengan keputusan wasit dan dewan juri.
Di mana, atlet Jatim Alif Wiguno Ramadhan dinilai banyak pihak pasti memenangkan pertandingan atas atlet asal Riau, Ricko Ben Tangguh.
Setelah mendengar hasil yang disampaikan announcer, yang dimenangkan adalah atlet Riau, kontingen Jatim langsung melakukan protes kepada panitia.
"Kecurangan terjadi kepada atlet kita, padahal 90 persen menang. Bahkan, saat kita tanya saksi dan pelatih lawan juga mengakui kalau yang menang itu Jawa Timur," ujarnya.
Setelah mendengar hasil yang disampaikan announcer kontingen Jatim langsung melakukan protes kepada panitia. Namun, panitia meminta agar official Jatim membuat surat pernyataan tertulis.
Hal itu, lanjut Iwan, membuatnya kesal karena pada pertandingan sebelumnya antara Irani Labagai (Papua) melawan Nike Rahayu (Kalsel) panitia pelaksana termasuk PB MI memperlihatkan kecurangan besar.
"Jadi sebelumnya Papua ini menang telak, tapi yang dimenangkan Kalsel. Setelah itu, Papua komplain sambil gebrak-gebrak (mukul) meja, pengumumannya langsung diubah Papua menang. Papua juga pas komplain ngancem, kalau dicurangi saya mau bilang Gubernur agar tidak menggelar pertandingan Muaythai di PON 2020 Papua," ujarnya.
Karena keputusan yang tidak adil dengan mewajibkan Jatim membuat surat peryataan, Jatim langsung mengambil inisiatif mengundurkan diri. Padahal, Jatim masih menyisakan dua partai final.
Dengan kejadian ini, Iwan mengaku kecewa karena PB MI tidak menjunjung tinggi sportivitas dan melihat kualitas atlet yang terbaik. Padahal kejurnas ini menjadi ajang seleksi untuk Pelatnas SEA Games 2019 Filipina, dan persiapan provinsi jelang Pra-PON.
"Saya rugi pak kalau gini, karena saya keluar banyak untuk melakukan pembinaan atlet agar berprestasi. Tapi, kok ini hasilnya sangat-sangat tidak adil. Kalau memang harus suap, saya bisa suap tapi saya gak mau karena mikir prestasi ini untuk kepentingan Indonesia ke depan," aku Iwan.
"Ini Kejurnas kok dimainkan. Kan kalau ini lolos tapi gak layak masuk Timnas malah jadi kerugian buat Indonesia nanti saat SEA Games," imbuhnya.
Dengan kasus ini, Iwan berharap agar PB MI dapat melakukan evaluasi agar dapat menjunjung tinggi sportivitas, lebih mementingkan prestasi, jangan mementingkan duit saja.(hrs)
"Kecurangan terjadi kepada atlet kita, padahal 90 persen menang. Bahkan, saat kita tanya saksi dan pelatih lawan juga mengakui kalau yang menang itu Jawa Timur," ujarnya.
Setelah mendengar hasil yang disampaikan announcer kontingen Jatim langsung melakukan protes kepada panitia. Namun, panitia meminta agar official Jatim membuat surat pernyataan tertulis.
Hal itu, lanjut Iwan, membuatnya kesal karena pada pertandingan sebelumnya antara Irani Labagai (Papua) melawan Nike Rahayu (Kalsel) panitia pelaksana termasuk PB MI memperlihatkan kecurangan besar.
"Jadi sebelumnya Papua ini menang telak, tapi yang dimenangkan Kalsel. Setelah itu, Papua komplain sambil gebrak-gebrak (mukul) meja, pengumumannya langsung diubah Papua menang. Papua juga pas komplain ngancem, kalau dicurangi saya mau bilang Gubernur agar tidak menggelar pertandingan Muaythai di PON 2020 Papua," ujarnya.
Karena keputusan yang tidak adil dengan mewajibkan Jatim membuat surat peryataan, Jatim langsung mengambil inisiatif mengundurkan diri. Padahal, Jatim masih menyisakan dua partai final.
Dengan kejadian ini, Iwan mengaku kecewa karena PB MI tidak menjunjung tinggi sportivitas dan melihat kualitas atlet yang terbaik. Padahal kejurnas ini menjadi ajang seleksi untuk Pelatnas SEA Games 2019 Filipina, dan persiapan provinsi jelang Pra-PON.
Dengan kejadian ini, Iwan mengaku kecewa karena PB MI tidak menjunjung tinggi sportivitas dan melihat kualitas atlet yang terbaik. Padahal kejurnas ini menjadi ajang seleksi untuk Pelatnas SEA Games 2019 Filipina, dan persiapan provinsi jelang Pra-PON.
"Saya rugi pak kalau gini, karena saya keluar banyak untuk melakukan pembinaan atlet agar berprestasi. Tapi, kok ini hasilnya sangat-sangat tidak adil. Kalau memang harus suap, saya bisa suap tapi saya gak mau karena mikir prestasi ini untuk kepentingan Indonesia ke depan," aku Iwan.
"Ini Kejurnas kok dimainkan. Kan kalau ini lolos tapi gak layak masuk Timnas malah jadi kerugian buat Indonesia nanti saat SEA Games," imbuhnya.
Dengan kasus ini, Iwan berharap agar PB MI dapat melakukan evaluasi agar dapat menjunjung tinggi sportivitas, lebih mementingkan prestasi, jangan mementingkan duit saja.(hrs/nas)