Kebijakan Amerika, Potensi Munculkan Terorisme di Indonesia
Kebijakan Amerika yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, berpotensi munculkan ancaman terorisme di Indonesia.
Indikasi itu, kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terori"sme (BNPT) Suhardi Alius, bisa dilihat munculnya kelompok-
kelompok yang selama ini lebih banyak diam, namun ternyata juga ikut aksi.
"Ini harus kita antispasi. Boleh melakukan aksi, namun harus sesuai dengan aturan berlaku," kata Alius, Selasa 12 Desember
2017
Kata dia, kelompok-kelompok masyarakat yang ingin membela Palestina sebaiknya tetap tenang. Karena pemerintah sudah
mengambil sikap atas masalah tersebut. "Saya kira kebijakan pemerintah sudah proporsional dengan mengecam kebijakan Amerika
tersebut," kata Alius.
Selain itu, kata dia aparat dan warga tetap tak boleh lengah dengan ancamana terorisme,-termasuk berita soal tewasnya
Bahrun Naim di suriah. Kata Alius, Polri bersama dengan Kementerian Luar Negeri hingga kini sudah mencoba untuk
mengonfirmasi kabar tersebut. Namun, belum ada kepastian sudah tewasnya Bahrun Naim tersebut.
"Lebih baik kita tetap waspada saja. Jangan sampai terlena dengan kabar tewasnya Bahrun Naim," ujar dia.
Sementara itu, untuk melakukan pencegahan munculnya paham radikalisme di masyarakat, BNPT akan sasar kaum muda untuk diajak kerjasama. Alasannya, pelaku terorisme selama ini lebih banyak menyasar kaum muda berusia antara 15-20 tahun. Pelaku terorisme biasanya mendekati melalui media sosial.
"Dengan media sosial mereka menjalankan brain wash (cuci otak) secara perlahan. Makanya kita sasar anak muda karena peran mereka sangat strategis," ujar Alius. (amr)