Rokok Bikin Tambah Miskin, Sosiolog Unair: Warga Butuh Pemahaman
Pakar sosiologi ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Prof Bagong Suyanto, menilai rokok menjadi bagian dari kemiskinan. Sebabnya, perokok aktif sebagian besar berasal dari masyarakat menengah ke bawah.
Bagong menjelaskan, masalah tersebut banyak dikeluhkan. Dimana uang yang seharusnya untuk kebutuhan keluarga, seperti pemenuhan gizi dan lainnya dialokasikan untuk rokok.
"Rokok dan kemiskinan memang memiliki keterkaitan yang erat. Dalam keluarga miskin, biasanya telah terjadi proses pembelajaran tentang budaya merokok. Misalnya, seorang anak lelaki yang melihat ayahnya merokok," terang Prof Bagong Senin, 26 Desember 2022.
Lanjutnya, pembelajaran tersebut akhirnya menjadi kebiasaan yang didukung juga oleh zat-zat adiktif dalam kandungan rokok. Bahkan, tingkatannya bisa makin berat, dari rokok putih bisa meningkat ke rokok kretek.
Adanya kenaikan harga rokok pada Januari mendatang, ungkapnya, juga bukan merupakan solusi. Tapi keputusan tersebut dinilai sebagai langkah yang baik. "Kebijakan ini bisa membuat perokok pada kalangan miskin mencari pengganti aktivitas selain merokok. Kebijakan ini juga harus menjadi momentum untuk orang berhenti merokok," terangnya.
Tambahnya, dengan adanya kenaikan tarif masyarakat miskin akan berpikir ulang untuk membeli rokok dan diharapkan memanfaatkan uang untuk hal lebih positif.
"Intinya harus berfokus pada cara mengubah perspektif masyarakat miskin terhadap aktivitas merokok. Pasalnya, selama ini rokok sudah terkonstruksi sebagai sebuah kebiasaan, sehingga sulit dihilangkan," tandasnya.
Dalam hal ini, ungkap Prof Bagong masyarakat harus diberikan pemahaman lebih tentang bahaya yang ditanggung keluarga ketika kebiasaan merokok berlangsung sampai tua. Terutama, bila sampai diteruskan anak cucu.